Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank International Indonesia (BII) mesti menanggung penurunan laba periode berjalan pada akhir Juni tahun ini. Laba bank terafiliasi Maybank Group ini anjlok 50% menjadi Rp 344,97 miliar dari periode enam bulan pertama tahun 2013 yang mencapai Rp 690,07 miliar.
Menyadari hal itu, Taswin Zakaria, Presiden Direktur BII, menjelaskan faktor penurunan laba bank yang dipimpinnya karena marjin bunga bersih (NIM) tergerus oleh biaya dana yang naik signifikan hingga 50%. "Nah, kenaikan biaya dana itu tidak serta merta bisa dikompensasikan dengan kenaikan suku bunga kredit," terang Taswin kepada KONTAN, Jumat (25/7).
Pada periode enam bulan tahun ini, pendapatan bunga bersih BII mencapai Rp 2,95 triliun. Angka itu naik 4,98% dari posisi akhir Juni tahun lalu yang mencapai Rp 2,81 triliun. Sayang, pertumbuhan pendapatan bunga yang tipis itu tak bisa berbuat banyak mengingat beban operasional bersih BII justru meningkat jadi Rp 2,44 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,85 triliun.
Meski begitu, Taswin mengatakan, BII juga sudah melakukan penyesuaian suku bunga kredit dengan mencermati kondisi likuiditas saat ini. Selain itu, Taswin juga menerangkan, faktor lain penurun laba juga bersumber dari fee income terkait trade finance yang melambat sesuai degan perlambatan kegiatan ekspor impor secara umum.
Hingga Juni, BII menyalurkan kredit Rp 97,6 triliun atau tumbuh 3,28% secara year to date dari akhir tahun lalu yang mencapai Rp 94,5 triliun. Sementara secara year on year dibandingkan Juni tahun lalu, kredit BII tumbuh 24,65% dari posisi Rp 78,3 triliun.
BII menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 105,9 triliun atau turun 1,21% dari akhir tahun lalu Rp 107,2 triliun. Namun secara year on year DPK BII naik 16,24% dari posisi Rp 91,1 triliun di akhir Juni 2013.
Di sisi lain, lanjut Taswin, secara operasional overhead BII justru membaik dibanding tahun lalu. "Provisi meningkat dari penurunan kinerja segmen korporasi," ucap dia. Di semester II ini, Taswin bilang, BII juga telah merevisi rencana bisnis bank (RBB). Sayang, Taswin tak hapal angka revisi yang dimaksud.
Yang jelas, Taswin berharap, BII bisa mempertahankan pertumbuhan dengan selektif dan terkendali secara biaya dan NIM. Tidak hanya itu, BII juga akan memonitor ketat perkembangan kebijakan ekonomi dan pasar serta dampaknya terhadap sektor bisnis tertentu. "Kontrol atas biaya operasional juga menjadi fokus kami untuk mengimbangi kenaikan biaya dana," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News