Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah menutup kuartal III 2024 dengan torehan laba bersih Rp 45,06 triliun. Selama sembilan bulan terakhir terjadi pertumbuhan sekitar 2,44% secara tahunan (YoY).
Atas kinerja tersebut, Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas menilai kinerja bank berkode saham BBRI ini sesuai ekspetasi. Terlebih, di periode kuartal III/2024 yang mencatat laba bersih Rp 15,4 triliun. Ia melihat hal tersebut didorong oleh kuatnya pertumbuhan Pre–Provision Operating Profit (PPOP).
Hanya saja, untuk laba bersih yang dibukukan untuk periode Januari hingga September 2024, Rahmanto melihat masih sedikit di bawah ekspetasi. Sebab, nilainya masih setara dengan 74,2% dari estimasi full year 2024 secara konsensus.
Baca Juga: Ini Kata Bos BRI Terkait Rencana Prabowo Hapus Utang Petani dan Nelayan
Ia menjelaskan pertumbuhan PPOP yang kuat didukung oleh pertumbuhan Net Interest Margin (NIM) dan Non–Interest Income. NIM pada kuartal III/2024 mencapai 7,8%, sehingga selama sembilan bulan 2024 naik menjadi 7,7% dan sejalan dengan guidance akhir tahun dari manajemen.
“Manajemen BBRI mengekspektasikan bahwa likuiditas di pasar akan meningkat seiring penurunan SRBI dan kebijakan moneter ekspansif, yang dapat berpengaruh positif pada cost of fund BBRI,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/10).
Di sisi lain, ia melihat ada tantangan dari cost of credit (CoC) yang dimiliki banknya wong cilik ini. Sebab, kata Rahmanto, CoC milik BRI masih berada di level yang tinggi di 3,39% per September 2024.
“Itu lebih buruk dibandingkan guidance akhir tahun dari manajemen yang mengincar level maksimum 3%,” tambahnya.
Baca Juga: Laba Tembus Rp 45,36 Triliun per Kuartal III-2024, Ini Kata Bos BRI
Ia melihat memburuknya CoC didorong oleh peningkatan CoC dari anak usaha BRI, yakni PNM, seiring kualitas aset PNM yang masih lemah. CoC pada PNM sendiri selama sembilan bulan 2024 naik menjadi 7,6%. Manajemen BRI menjelaskan bahwa ini adalah strategi manajemen untuk front–load provisi bagi segmen bisnis mikro sebagai bantalan dari potensi deteriorasi kualitas aset.
“Manajemen BBRI masih percaya dapat mencapai guidance CoC untuk FY24F, tetapi masih melihat adanya kemungkinan meleset dari guidance, khususnya jika pertumbuhan kredit dan restrukturisasi meleset dari target,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News