Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Bank Mandiri akan mendorong kredit ke usaha produktif samapi akhir tahun seperti farmasi, telekomunikasi dan perdagangan. Seiring dnegan itu, bank ini juga akan terus meningkatkan biaya pencadangan sejalan dengan naiknya risiko kredit. Tercatat biaya CKPN Bank Mandiri naik hingga Rp 10,29 triliun atau sebesar 65,65% secara tahunan.
Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas memperkirakan laba bersih bank BUMN sampai ujung tahun akan tetap turun. Perkiraannya net profit semester II belum tentu lebih baik meskipun restrukturisasi sudah melandai dan permintaan kredit mulai naik. "Semester I itu, masih ditopang dari kuartal I yang belum ada efek restrukturisasi," ujarnya.
Baca Juga: Kecil-Kecil Cabe Rawit, di Tengah Pandemi Laba Sejumlah Bank Kecil Malah Melejit
Prediksinya, laba Bank Mandiri kemungkinan akan lebih besar tahun ini dibanding BRI yang selama ini jadi jawara. Pasalnya, restrukturisasi kredit BRI lebih besar sehingga biaya provisinya kemungkinan akan lebih besar. Apalagi, pendapatan bunag bersih bank ini di semester I sudah tumbuh negatif.
Dari sisi saham, Suria melihat saham BBNI dan BMRI lebih menarik dari sisi valuasinya. Namun, BBRI dinilai tetap disukai investor karena punya bobot market capital yang sangat besar. Sampai akhir tahun, ia mematok target harga saham BBNI Rp 6.000, BMRI Rp 7.700, BBRI Rp 3.500 dan BBTN Rp1.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News