kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.522.000   9.000   0,59%
  • USD/IDR 15.897   38,00   0,24%
  • IDX 7.294   -32,80   -0,45%
  • KOMPAS100 1.111   -9,05   -0,81%
  • LQ45 873   -10,61   -1,20%
  • ISSI 223   -0,48   -0,21%
  • IDX30 446   -6,17   -1,37%
  • IDXHIDIV20 534   -8,10   -1,50%
  • IDX80 127   -1,39   -1,09%
  • IDXV30 130   -0,62   -0,47%
  • IDXQ30 148   -2,24   -1,49%

Lampu kuning untuk NPL kontruksi dan perdagangan


Minggu, 15 Februari 2015 / 14:57 WIB
Lampu kuning untuk NPL kontruksi dan perdagangan
ILUSTRASI. Tim Petualangan Sherina 2 dan Kopi Kenangan Hanya Untukmu dalam konferensi pers, Kamis (31/8).


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bagi perbankan yang menyalurkan kredit pada segmen konstruksi dan perdagangan diminta untuk berhati-hati. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyalakan rambu-rambu lampu kuning untuk rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kedua segmen ini yang tengah mencapai kolektibilitas kredit level 3% - 4% pada akhir tahun 2014. Jika tidak diantisipasi, NPL segmen ini akan membengkak di tahun 2015 ini.

"Misalnya, untuk konstruksi hampir mendekati level 5%," kata Imansyah, Kepala Departemen Pengembangan Kebijakan Strategi OJK, akhir pekan.

OJK melaporkan, rasio NPL untuk kredit konstruksi mencapai 4,4% per Desember 2014, sedangkan NPL untuk kredit perdagangan eceran dan kecil mencapai 3,1% per Desember 2014. Kedua kredit macet ini berpotensi macet jika tidak dicegah. 

Imansyah mengatakan, perbankan perlu mewaspadai akan terjadinya peningkatan dan pemburukan risiko kredit sektor konstruksi pada debitur inti. Karena fenomena kredit konstruksi adalah pertumbuhan kredit sangat tinggi yakni 27,2% yang diikuti dengan kenaikan rasio kredit macet. Sebetulnya fenomena ini wajar, namun kredit bermasalahnya sangat tumbuh kencang.

Selanjutnya, regulator memberikan solusi agar bank wajib melakukan mitigasi risiko pada sektor tersebut.

Misalnya, fleksibilitas waktu pembayaran kewajiban kontraktor kepada bank dengan penerimaan pembayaran dari pemiliknya. Karena, penyebab kredit macet pada konstruksi adalah leg waktu yang tidak pas. “Mungkin nanti leg waktunya bisa dikurangi sehingga bisa meminimalisir NPL,” tambahnya.

Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) menyampaikan, kenaikan NPL pada kredit konstruksi misalnya, karena terkait proyek pemerintah. Selanjutnya, akan ada perbaikan kredit macet pada segmen ini karena sekarang pemerintah memiliki likuiditas yang lebih baik sehingga pembayaran pada proyek ini akan lebih baik. "Konstruksi sih masih baik. Paling tadi ada gangguan karena termin pembayaran saja," ucap Halim.

Sementara itu, Dahlia Mansor Ariotedjo, Direktur Korporasi Bank Central Asia (BCA), menyampaikan, pihaknya akan terus risiko kredit macet pada semua sektor tidak hanya pada sektor konstruksi dan trading. “Sejauh ini, rasio kredit macet dari pada bisnis korporasi tidak besar untuk tahun ini,” ucap Dahlia.
 
OJK optimis secara keseluruhan rasio NPL perbankan masih akan terjaga namun ada beberapa sektor yang perlu diwaspadai seperti konstruksi dan perdagangan. Irwan Lubis, Deputi Komisioer Pengawasan Perbankan OJK, menambahkan, perbankanmemproyeksikan rasio NPL gross sebesar 2,0% dan NPL net sebesar 0,9% pada tahun 2015, dari posisi NPL gross sebesar 2,11% dan NPL net 0,95% pada tahun 2014. 

Sebelumnya, Doddy Arifianto, Kepala Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengatakan, ada beberapa kendala pemicu kenaikan NPL pada perdagangan, yakni perlambatan siklus modal kerja (working capital cycle), bunga kredit yang tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

Doddy menyampaikan, hasil penelitian terhadap 153 perusahaan non financial tercatat mereka mengalami perlambatan siklus modal kerja menjadi 65 hari dari sebelumnya 55% hari. Siklus modal kerja adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah aktiva lancar bersih dan kewajiban lancar menjadi kas.

‪Misalnya, perusahaan yang bergerak pada perdagangan sangat berpengaruh terhadap siklus modal kerja. Perusahaan trading yang mengalami kredit bermasalah pada bank bisa jadi karena perlambatan siklus modal kerja. Karena semakin lama siklus, semakin lama pergerakan bisnis. Ujungnya, perusahaan tidak memperoleh pendapatan penjualan, padahal perusahaan masih terbebani utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×