Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Popularitas layanan transaksi dengan metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kian meningkat karena kemudahan yang diberikannya.
Kehadiran QRIS ini mendapat sorotan dari Pengamat Teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi. Menurutnya, layanan ini sangat memudahkan karena dapat diakses baik melalui bank maupun dompet digital.
"Kemudahan pembayaran melalui QRIS memungkinkan keuangan diakses dari berbagai sumber, baik dari perbankan maupun e-wallet. QRIS bersifat netral," ujarnya kepada KONTAN, Senin (17/6).
Meski demikian, Heru mencatat bahwa layanan ini masih didominasi oleh perbankan, mengingat peran Bank Indonesia sebagai regulator. Oleh karena itu, Heru mendorong dompet digital untuk berinovasi agar tidak kalah bersaing dengan bank, misalnya melalui kerjasama strategis.
Baca Juga: Berikut Cara Tata Cara Bikin QRIS dan EDC di BCA
Dengan demikian, meskipun perbankan mendominasi, dompet digital tetap dapat mengeksplorasi berbagai sumber bisnis dan meraih pendapatan.
"Kuncinya adalah memiliki pengguna atau komunitas yang menggunakan layanan e-wallet tersebut. Misalnya, OVO dengan Grab, ShopeePay dengan Shopee, atau GoPay dengan Gojek," jelasnya.
Heru juga berharap agar regulator tetap menjaga netralitas terhadap layanan QRIS agar persaingan di industri ini tetap sehat.
Untuk informasi tambahan, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa sejak tahun 2021 hingga kuartal pertama 2024, volume transaksi layanan QRIS mencapai 4,47 miliar dengan nilai transaksi sebesar Rp459,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News