Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Untuk memperkuat komitmennya dalam isu keberlanjutan, PT Bank Maybank Indonesia Tbk mendorong pembiayaan dan pendanaan hijau.
Dari sisi pembiayaan, Head of Sustainability Maybank Indonesia, Maria Tiffany Fransiska, menyebut perseroan mengalokasikan hingga 20% dari total kredit yang disalurkan untuk sektor-sektor keberlanjutan. Hal itu sejalan dengan alokasi RM 80 miliar oleh Maybank Group untuk tahun penuh 2025.
Sebagai gambaran, Maybank Indonesia mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 75,23 triliun per Oktober 2025. Maria bilang Maybank Indonesia tak menentukan preferensi sektoral tertentu dalam penyaluran kredit hijau. Namun, sektor energi terbarukan (renewable energy) menjadi salah satu yang mengalami peningkatan.
“Mayoritas ada di sosial, yaitu pembiayaan kepada UMKM. Tapi selain itu, pembiayaan hijau kita terkait renewable energy sebenarnya juga salah satu yang saat ini meningkat,” ujar Maria kepada awak media di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Baca Juga: Kredit Investasi BNI Tumbuh 14,4% per September 2025
Dari sisi pendanaan, salah satu realisasinya melalui kolaborasi program pemberdayaan kelompok petani kakao perempuan di Kampung Merasa, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Dengan kolaborasi bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Maybank Indonesia mengalokasikan dana lebih dari Rp 1 miliar untuk mendukung kelompok petani perempuan dalam menjalankan praktik pertanian berkelanjutan yang mampu meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga kelestarian hutan hujan tropis Kalimantan.
Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto, menyebutkan bahwa dengan dukungan dari Maybank Indonesia, targetnya program ini dapat memberikan manfaat bagi 100 perempuan penerima manfaat langsung dan 500 masyarakat yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan hijau selama tiga tahun ke depan.
Selain itu, kerja sama ini diharapkan juga dapat melindungi setidaknya 100 ha hutan di wilayah Kampung Merasa dari alihfungsi lahan.
Pasalnya, sambung Herlina, Indonesia sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara konservasi dan kebutuhan ekonomi.
Pembukaan lahan untuk berbagai komoditas seringkali mengorbankan ekosistem hutan, yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
“Oleh karena itu, pendekatan berbasis masyarakat, seperti Perhutanan Sosial dan pengelolaan kakao berkelanjutan, menjadi salah satu solusi yang menjanjikan seperti yang dilakukan di beberapa wilayah di Berau,” ungkap Herlina.
Baca Juga: Jamkrindo Perluas Program Pelatihan Restoratif
Selanjutnya: Setelah 14 Tahun, Apple Akhirnya Salip Samsung di Pasar Global
Menarik Dibaca: Internet Rakyat Pilihan Tepat untuk Mahasiswa Hemat Kuota, Begini Cara Daftarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













