kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membangun Ekosistem Digital Sebagai Solusi Satu Pintu Semua Kebutuhan Rumah


Jumat, 18 Februari 2022 / 13:49 WIB
Membangun Ekosistem Digital Sebagai Solusi Satu Pintu Semua Kebutuhan Rumah
ILUSTRASI. Nasabah BTN prioritas mencari informasi layanan PLUS usai relaunching BTN Prioritas di Jakarta,


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekosistem luas merupakan salah satu kunci utama bagi para pelaku usaha untuk bisa tumbuh berkelanjutan, termasuk di sektor perbankan. Di era digitalisasi, pengembangan ekosistem tak bisa lagi dilakukan sendiri-sendiri, kolaborasi antara pelaku industri sudah jadi suatu keharusan.

Pengembangan ekosistem tanpa kolaborasi akan berjalan lambat dan menelan biaya besar. Sementara pelaku industri yang gencar melakukan kolaborasi akan melaju lebih cepat di tengah perkembangan teknologi dan siap melibas para kompetitor yang geraknya lamban.

Menurut Ketua Bidang Operation, Technology, dan Regulatory Reporting Perbanas Indra Utoyo saat ini merupakan era ekonomi kolaborasi. Perbankan harus bergerak cepat memberikan nilai dengan merangkul mitra lain agar dapat menciptakan solusi kepada nasabah.

Sementara Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE) Piter Abdullah berpendapat bahwa di era digital banking, pengembangan ekosistem digital akan menentukan kemampuan bank untuk bersaing. Mereka yang memiliki ekosistem besar berpotensi jadi pemenang persaingan.

"Ekosistem digital itu adalah syarat utama bagi bank untuk bisa bersaing di era digital. Namun, memang bukan satu-satunya syarat karena selanjutnya bank juga harus mampu memanfaatkan ekosistem itu dalam bentuk sinergi yang dituangkan pada produk dan layanan," kata Piter pada Kontan.co.id, Jumat (4/2).

Baca Juga: Bangun Ekosistem KPR Digital, BTN Kembangkan Superapps dan Gaet Paltform Arsi Tag

Era baru persaingan perbankan tak lepas jumlah pengguna internet yang terus meningkat setiap tahunnya.  Berdasarkan data BPS, pengguna internet pada tahun 2014 baru mencapai 10,92% dari total populasi Indonesia. Pada 2019 jumlah telah mencapai 43,52% dan pada 2020 naik lagi jadi 53,73%.

Sedangkan berdasarkan laporan Digital 2021, WeAreSocial & HootSuite, penggunaan smartphone di Indonesia sudah mencapai 98,2% dengan penetrasi Internet 73,7% untuk populasi jumlah penduduk tercatat 274,9 juta jiwa.

Namun, jumlah penduduk Indonesia penduduk yang belum punya akses ke bank (unbanked) dan yang sudah punya rekening tetapi belum memiliki akses terhadap layanan perbankan masih besar.

Riset Google, Temasek, dan Bain & Company 2019 (dalam e-Conomy SEA 2019) mencatat masih ada sekitar 92 juta penduduk Indonesia termasuk kategori unbanked dan 47 juta dalam kategori underbanked.

Dia faktor ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi digital, termasuk digital bank di Indonesia, masih sangat terbuka lebar. Tinggal diperlukan kolaborasi antara perbankan dan pelaku ekonomi digital untuk bisa lebih cepat menggarap potensi pasar yang ada.




TERBARU

[X]
×