Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) terbuka lebar pasca The Fed memberi sinyal pemangkasan suku bunga. Namun, tampaknya itu tak akan berdampak langsung pada bunga kredit perbankan.
Penurunan suku bunga acuan bisa menjadi salah satu indikator agar bunga kredit, terutama di sektor properti, bisa turun. Mengingat, laju pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sedikit tertahan di rezim bunga tinggi.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit untuk sektor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) menunjukkan sedikit perlambatan. Pada Juli 2024, pertumbuhan KPR dan KPA tercatat sebesar 14,2% YoY, sedikit menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 14,3% YoY.
Baca Juga: OJK Resmi Terbitkan POJK Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit
Meskipun, pertumbuhan kredit KPR dan KPA sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan awal tahun ini, di mana pertumbuhan kredit di dua sektor tersebut berada di kisaran 12% pada dua bulan pertama 2024.
Direktur Retail Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Corina Leyla Karnalies menyadari ada fenomena nasabah menahan pengajuan KPR akibat suku bunga yang tinggi. Hanya saja, ia melihat fenomena tersebut tidak banyak jumlahnya.
Hal tersebut berkat ada upaya yang dilakukan BNI untuk memberikan strategi bunga promo yang relatif murah. Apalagi bila pengajuan berasal dari end user yang membutuhkan rumah di perumahan besar untuk ditinggali.
Ia melihat potensi penurunan suku bunga acuan akan menjadi kabar gembira bagi industri properti karena mayoritas pembiayaan masih berasal dari kredit. Namun, ia mengingatkan tak serta merta bank juga akan langsung menurunkan bunga KPR-nya.
Corina menegaskan dampak penurunan suku bunga acuan membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk bisa menurunkan suku bunga kredit karena bank memerlukan waktu menata struktur biaya dana pihak ketiga.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Ide Trading & Investasi untuk Hari Ini (26/8)
“Namun bank juga mempertimbangkan yang kondisi persaingan di pasar sebelum melakukan penyesuaian,” ujar Corina kepada KONTAN, Senin (26/8).
Jika sesuai dengan skenario BI yang baru akan menurunkan suku bunga acuan pada kuartal IV/2024 ini, maka bank baru akan menurunkan bunga KPR pada kuartal I/2025. Artinya, dampaknya pada penyaluran KPR baru akan terasa di tahun depan.
Meski demikian, Corina optimistis portofolio KPR BNI ditargetkan tumbuh di atas 10% YoY di Tahun 2024 menjadi Rp 63,8 triliun. Hal ini melihat tren portofolio KPR BNI yang cenderung tumbuh di atas 13% YoY, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
“Strategi utama kami adalah fokus ekspansi melalui mitra pengembang kerjasama dengan program bunga spesial, seperti bunga berjenjang yang dimulai dengan 2,75% per tahun,” ujarnya.
Sementara itu, Executive Vice President Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Welly Yandoko bilang secara historis, perubahan suku bunga KPR tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan suku bunga acuan, namun juga dipengaruhi oleh kondisi internal dari bank tersebut, seperti likuiditas, ratio CASA, ratio LDR, maupun kondisi NPL yang juga menjadi concern.
Hal ini terlihat dari kondisi suku bunga di pasar selama masa pandemi, di mana meskipun suku bunga acuan meningkat dari 3.25% pada saat sebelum pandemi, menjadi 6.25% saat ini, suku bunga KPR di pasar tidak bergerak jauh.
Oleh karenanya, dalam kondisi situasi yang mendukung, baik eksternal maupun internal, ia bilang BCA berupaya memberikan suku bunga yang ringan dan sesuai dengan kebutuhan seluruh segmen masyarakat, dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah.
Baca Juga: Yield SBN Akan Bergerak di Rentang 6,4% sampai 6,6%
Lebih lanjut, ia melihat bahwa perlambatan laju pertumbuhan KPR di industri bukan karena faktor menunggu suku bunga turun, namun hal ini lebih dipengaruhi karena adanya perlambatan laju pertumbuhan penjualan rumah, sesuai data dari Survei Harga Perumahan Residensial Triwulan 2/2024 yang dikeluarkan Bank Indonesia.
“Perlambatan ini diduga akibat dari berkurangnya launching project baru yang dilakukan oleh developer di kuartal 2/2024 dan menurunnya stimulus PPN-DTP dari 100% menjadi 50%,” ujar Welly.
Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Noviady Wahyudi menambahkan bahwa walaupun suku bunga acuan naik atau turun, bank memiliki penawaran bunga tetap pada awal-awal pengajuan KPR. Di mana, hal tersebut cukup membantu nasabah.
“Suku bunga saat ini pada periode fix sudah berada jauh di bawah BI rate,” ujarnya.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Perbankan di Tengah Reli
Namun demikian, ia berpandangan bahwa tahun ini ada tantangan untuk permintaan pembelian properti. Ia menyebutkan permintaan baru akan diperkirakan meningkat pada tahun depan.
Di sisa tahun ini, ia menargetkan masih bisa mendapat kredit baru untuk KPR mencapai kisaran Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun. Di mana, saat ini kredit baru KPR di CIMB Niaga sudah mencapai Rp 5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News