Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Desember 2024 menerima 410.448 permintaan layanan melalui Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK). Nah dari jumlah itu termasuk 33.319 pengaduan.
Dari jumlah pengaduan tersebut, terbanyak 12.776 pengaduan berasal dari sektor perbankan. Lalu 11.948 dari industri financial technology (fintech), 6.958 dari perusahaan pembiayaan, 1.393 dari perusahaan asuransi, serta sisanya dari sektor pasar modal dan sektor keuangan lain.
Meski relatif "sedikit", keluhan terhadap industri asuransi cukup banyak di media sosial. Industri perasuransian di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan kualitas reputasi perusahaan asuransi. Maka, penting meningkatkan pemahaman publik terhadap pentingnya asuransi.
Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM dan Sekretaris Perusahaan Indonesia Re, Robbi Yanuar Walid menekankan pentingnya peran media dalam literasi reasuransi. "Melalui strategi komunikasi yang terarah, kita dapat memperkuat literasi reasuransi," kata Robbi, Kamis (13/2).
Indonesia Re berupaya menggelar berbagai aktivitas, seperti forum diskusi interaktif yang bertujuan membekali para peserta profesional komunikasi di perusahaan asuransi umum dan asuransi jiwa dengan strategi manajemen krisis yang efektif.
Baca Juga: Perusahaan Asuransi Jiwa Lebih Minat Bisnis Asuransi Tradisional, Ini Penyebabnya
Dalam menghadapi tantangan kepercayaan publik, industri asuransi dituntut untuk mengadopsi strategi komunikasi yang lebih transparan, adaptif, dan efektif. Salah satu aspek penting adalah pengelolaan komunikasi krisis.
Selain itu, peningkatan literasi asuransi melalui edukasi publik juga menjadi sorotan utama. Kampanye literasi yang inovatif dan berkelanjutan dapat mengubah persepsi masyarakat. Serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan asuransi sebagai bagian dari perencanaan keuangan yang bijak.
Praktisi Humas, Bhayu Sugarda menekankan pentingnya respons cepat di media sosial sebelum isu berkembang menjadi pemberitaan luas di media konvensional. “Krisis komunikasi harus ditangani sejak dini, terutama saat isu masih berkembang di media sosial. Respons yang cepat, tepat, dan empati terhadap pelanggan dapat mencegah eskalasi lebih lanjut,” jelas Bhayu.
Dengan pendekatan komunikasi yang transparan dan edukatif, industri asuransi dapat kembali mendapatkan kepercayaan publik. Juga diharapkan memperkuat perannya dalam memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat.
Selanjutnya: Honda Gebrak Pasar! Tiga Mobil Hybrid Meluncur 2025, Satu Diproduksi di Indonesia
Menarik Dibaca: Gabung Aplikasi Penghasil Saldo Dana Gratis, Coba Strategi Monetisasi TikTok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News