Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga tinggi dipastikan bakal tetap terjadi, setidaknya memasuki awal tahun 2024. Ini menyusul kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan BI rate sebesar 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir di 2023.
Itu berarti era bunga kredit perbankan yang tinggi bakal bertahan sejalan dengan kebijakan tersebut. Adapun, bank dengan rasio dana murah yang tinggi bisa semakin mengeruk cuan dari net interest margin (NIM) yang besar.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian membenarkan bahwa bank-bank berkapitalisasi besarlah yang bisa dibilang menarik di era suku bunga tinggi. Mengingat, bank-bank tersebut memiliki Dana Pihak Ketiga yang gemuk dengan rasio dana murah atau CASA berkontribusi besar.
Per 30 September 2023, bank-bank besar memang memiliki CASA yang besar. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki CASA tinggi sebesar 79,9% atau senilai Rp 869,8 triliun.
Baca Juga: Ada Wacana Spin Off, Begini Fokus Bisnis CIMB Niaga Syariah di 2024
Selanjutnya, ada Bank Mandiri Tbk yang memiliki rasio CASA mencapai 78,8% secara bank only dengan nilai Rp 1.070,3 triliun. Lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga memiliki rasio CASA sebesar 63,64% dengan senilai Rp 821,14 triliun.
“Tapi kalau big four saat ini sudah sedikit mahal,” ujar Fajar.
Fajar pun bilang saat ini bank kapitalisasi besar yang juga memiliki rasio CASA tinggi dan menarik dikoleksi adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Di mana, saat ini harga sahamnya senilai Rp 1.680 per saham. Sebagai informasi, pada periode yang sama, CIMB Niaga memiliki rasio CASA sebesar 66,7%. Nilai CASA yang dimiliki bank tersebut sebesar Rp 156,96 triliun.
“Target harga secara teknikal di Rp 1.715 per saham,” ujarnya.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus berpendapat bahwa bank-bank besar ini memiliki ketahanan di era suku bunga tinggi ini.
Ia menilai bank-bank besar ini memiliki diversifikasi bisnis yang luas ditambah nasabah yang segmented. Oleh karenanya pertumbuhan kredit tetap terjaga tumbuh.
“Bank KBMI 4 masih bagus untuk saat ini,” ujarnya.
Baca Juga: Suku Bunga Berpeluang Turun pada Semester II 2024, BI: Tak Ikut-ikutan The Fed
Aksi Akuisisi dan Merger Berpotensi Ramai
Di tengah tren suku bunga tinggi bisa mengerek kinerja saham perbankan, rencana aksi akuisisi dan merger di tahun depan juga bisa turut memberikan sentimen positif bagi beberapa emiten saham perbankan.
Nico menyoroti rencana PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) untuk menggabungkan unit usaha syariahnya dengan PT Bank Muamalat Tbk. Menurutnya, penggabungan itu bisa meningkatkan penetrasi pasar syariah di tanah air.
“Merger dan akuisisi banyak faktor yang harus diperhatikan, salah satunya meningkatkan pangsa pasar,” ujarnya.
Adapun, jika hal tersebut benar-benar terealisasi, itu akan turut mengerek kinerja saham BTN. Mengingat, ini menjadi penggabungan bank syariah yang hasil aksi tersebut juga bisa memperbesar aset.
Sementara itu, Head of Research Center Mirae Asset Sekuritas Roger MM melihat aksi merger antara PT Bank MNC Internasional Tbk dan PT Bank Nationalnobu Tbk layak untuk ditunggu. Di mana, kabar bergabungnya dua bank dari konglomerasi yang berbeda ini telah dikabarkan sejak awal tahun ini.
Memang, masih muncul pertanyaan apakah dua bank tersebut benar-benar akan merealisasikan aksi korporasi tersebut karena sudah mundur dari target Agustus 2023. Namun, OJK juga telah memastikan keduanya tetap berkomitmen bergabung.
“Proses merger keduanya harusnya menguatkan kinerja keduanya di masa mendatang,” ujar Roger.
Hanya saja, ia menyadari bahwa saham keduanya memiliki kapitalisasi yang kecil, sehingga investor kemungkinan besar tidak begitu tertarik.
“Bukan tidak direkomendasikan tapi masih perlu menunggu kepastiannya. Saat ini lebih baik ke BSI yang juga bakal kedatangan investor baru dan fundamental juga bagus,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News