Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor batubara berjumlah 214,71 juta ton atau terkontraksi 6,96% secara Year on Year (YoY) per Juli 2025. Pengamat Asuransi sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI) Wahyudin Rahman menilai menurunnya ekspor batubara dapat memengaruhi kinerja lini asuransi marine cargo. Namun, dia berpendapat pengaruhnya tidak signifikan.
"Ada pengaruh, tetapi tidak signifikan karena portofolio marine cargo juga mencakup beragam komoditas lain, seperti Crude Palm Oil (CPO), nikel, produk manufaktur, hingga barang konsumsi," ujarnya kepada Kontan, Jumat (5/9).
Seiring dengan menurunnya volume ekspor batubara, Wahyudin berpendapat asuransi umum perlu melakukan diversifikasi portofolio ke komoditas lain demi mendorong kinerja asuransi marine cargo. Hal itu mengingat volatilitas permintaan batubara dipengaruhi oleh faktor global, seperti transisi energi, permintaan dari Tiongkok dan India, serta kebijakan lingkungan. Selain itu, batubara juga mempunyai konsorsium asuransi marine cargo khusus Ina Trade.
Baca Juga: Premi Asuransi Umum dan Reasuransi Tumbuh 2,67% per Juli 2025
"Oleh karena itu, perusahaan asuransi umum sebaiknya tidak terlalu bergantung pada satu komoditas," tuturnya.
Menurut Wahyudin, asuransi umum dapat memaksimalkan potensi dari sektor lain, seperti ekspor CPO dan turunannya, hasil perikanan, produk industri, hingga logistik e-commerce lintas negara. Dengan demikian, risiko konsentrasi pada batubara dapat diminimalkan.
Guna mendorong kinerja asuransi marine cargo hingga akhir 2025, Wahyudin mengatakan asuransi umum juga perlu mengoptimalkan beberapa peluang yang ada. Dia menyebut asuransi umum dapat meningkatkan layanan pada komoditas nonbatubara, seperti CPO, nikel atau lithium, dan produk industri manufaktur yang masih menunjukkan tren positif.
Selain itu, asuransi umum dapat memanfaatkan jalur logistik baru yang meningkatkan volume pengiriman domestik maupun ekspor, misalnya tol laut hingga integrasi pelabuhan besar. Dia menilai asuransi umum juga bisa memanfaatkan digitalisasi layanan klaim dan underwriting untuk menarik eksportir dan forwarder agar lebih efisien, serta transparan.
"Asuransi umum perlu berkolaborasi dengan pelaku logistik internasional dalam memberikan cover supply chain global, termasuk kebutuhan asuransi untuk e-commerce cross-border," ucap Wahyudin.
Sebagai informasi, data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pendapatan premi lini asuransi marine cargo mencapai Rp 2,77 triliun per Juni 2025. Nilainya terkontraksi tipis sebesar 0,4%, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Industri Asuransi Jiwa Masih Tertekan, Pendapatan Premi Turun 0,84% per Juli 2025
Selanjutnya: Aset Asuransi Umum Syariah Capai Rp 9,86 Triliun per Juli 2025
Menarik Dibaca: Ini Daftar 10 Perabot Ruang Makan yang Bikin Rumah Terlihat Ketinggalan Zaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News