Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kenaikan suku bunga sudah cukup melandai, minat perusahaan pembiayaan untuk mencari pendanaan dengan menerbitkan surat utang masih tinggi.
Kondisi tersebut tercermin dari mandat yang diterima PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dari perusahaan yang hendak menerbitkan surat utang. Per 31 Maret 2023, Pefindo menerima 9 perusahaan multifinance yang hendak menerbitkan surat utang dengan nilai Rp 7,9 triliun.
Sementara itu, di tiga bulan pertama tahun ini, Pefindo mencatat sektor multifinance menjadi yang memberikan kontribusi terbesar dalam penerbitan surat utang hingga Rp 9,67 triliun. Dimana, total nilai penerbitan surat utang di periode tersebut senilai Rp 28,12 triliun.
Analis Pefindo Kreshna Dwinanta Armand melihat perusahaan multifinance yang menerbitkan surat utang di tahun ini masih belum ada yang nilainya tinggi. Jikapun ada, itu adalah perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki ekosistemnya sendiri.
Baca Juga: Perusahaan Multifinance Waspadai Potensi Kenaikan NPF Usai Lebaran
“kalau yang di luar itu, banyak yang masih wait and see. Multifinance kan fleksibilitas keuangannya mengerucut pada yang captive seperti dimiliki bank,” ujar Kreshna.
Ia juga menambahkan bahwa minat multifinance untuk menerbitkan surat utang sangat tergantung pada potensi untuk menyalurkan pembiayaannya. Menurutnya, kondisi multifinance saat ini kebanyakan yang memiliki ekosistem yang memang punya peluang penyaluran pembiayaan lebih besar.
Tak hanya itu, penerbitan surat utang juga sangat dipengaruhi oleh minat investor yang mau membeli aset tersebut. Kreshna melihat mayoritas investor lebih tertarik pada surat utang dari multifinance-multifinance yang memang sudah memiliki ekosistem sendiri.
“kecuali yang independen punya grup sendiri yang memang siap membeli surat utang tersebut,” ujarnya.
Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan menambahkan bahwa untuk melihat obligasi multifinance juga perlu dilihat dari sisi fundamental perusahaan. Misalnya, yang tercermin dalam kualitas aset pembiayaan, total cadangan kerugian NPF, hingga efisiensi beban.
“perlu dilihat juga dampak dari kenaikan suku bunga yang bisa mempengaruhi cost of fund perusahaan multifinance,” ujarnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana memiliki pendapat biasanya multifinance-multifinance yang memiliki rating setidaknya AA. Baru kemudian, memperhatikan imbal hasil, tenor dan prospek perusahaan.
Untuk saat ini, imbal hasil yang dirasa menarik dari surat utang setidaknya di atas 6.5% untuk tenor 1 tahun hingga 6,88% unuk tenor 5 tahun.
“Tapi menurut saya sih yang utama masih rating,” ujarnya.
Baca Juga: Multifinance Tersengat Pembiayaan Kendaraan Listrik
Dari sisi pemain multifinance sendiri, Executive Board PT Indomobil Finance Indonesia Gunawan Effendi bilang pihaknya masih melihat permintaan dan ekspektasi kupon dari surat utang itu sendiri. Beriringan dengan membandingkan harga dengan sumber pendanaan lain yang tersedia.
Indomobil Finance sendiri baru menerbitkan Obligasi PUB 5 Tahap II pada Maret 2023 lalu senilai Rp 1,29 triliun. Gunawan bilang ini merupakan penerbitan obligasi untuk ke 20 kali.
“Kami selalu diversifikasi sumber pendanaan. Pinjaman bank, pinjaman sindikasi dan surat utang hampir sama masing-masih 27,5% dan sisanya ekuitas sekitar 17,5%,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News