kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Multifinance siap mengerek suku bunga


Rabu, 29 Mei 2013 / 11:20 WIB
Multifinance siap mengerek suku bunga
ILUSTRASI. pabrik plastik kemasan PT Berlina Tbk (BRNA). Foto Dok Berlina


Reporter: Mona Tobing, Emma Ratna Fury |

JAKARTA. Era bunga murah dalam industri perusahaan pembiayaan tampaknya segera berakhir. Multifinance berencana menaikkan bunga kredit jika perbankan menaikkan bunga kredit.

Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance, mengatakan kenaikan bunga kredit multifinance akan seturut rencana bank menaikkan bunga kredit. Pasalnya, sebagian besar sumber dana multifinance berasal dari bank.

Jadi, selama ini perusahaan pembiayaan selalu bersifat pasif dalam menentukan suku bunga. Mereka menunggu besaran bunga bank. "Kami sekadar meneruskan kenaikan dari bunga bank," ujar Roni, Selasa (28/5).

Herman Lesmana, Direktur Buana Finance, menambahkan selain mengacu pada bunga perbankan, untuk menaikkan bunga kredit, multifinance juga memperhatikan kondisi pasar. Perusahaan pembiayaan diperkirakan akan melakukan penyesuaian bunga sekitar 1% - 2%. "Kalau pasar naik, kami juga akan menaikkan," tambahnya.

Informasi saja, perbankan diperkirakan akan menaikkan bunga kredit 0,25% - 0,50%. Kenaikan ini merupakan imbas  kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp 6.500 per liter.

Kenaikan harga BBM ini akan mengerek inflasi dan akan membuat biaya dana perbankan meningkat, karena harus memberikan bunga simpanan lebih tinggi. Sebagai gantinya bank menaikkan bunga kredit.

Alternatif terakhir

Bagi multifinance menaikkan bunga kredit jadi hal yang dilematis. Bisnisnya sangat terpukul ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerapkan aturan uang muka alias loan to value (LTV). Di sisi lain, ketergantungan multifinance pada dana perbankan cukup tinggi, sebab penggunaan obligasi sebagai sumber dana belum optimal.

Berdasarkan, Statistik Keuangan Ekonomi (SEKI) Bank Indonesia (BI) pada Maret 2013 pendanaan multifinance mencapai Rp 221,41 triliun. Sebesar RP 103,46 triliun berasal dari perbankan atau setara 46,72%. Adapun pendanaan dari obligasi hanya Rp 34,22 triliu atau 15,46% dari total dana yang berhasil dihimpun.

Karena itu, di kala bisnis lesu dan beban meningkat, menaikkan bunga kredit menjadi alternatif. Jika tidak,  pendapatan dan laba multifinance akan tergerus.

Anta Winarta, Direktur Bess Finance, mengatakan menaikkan bunga merupakan alternatif terakhir. Untuk menekan beban masih bisa dilakukan dengan melakukan efisiensi dalam operasional perusahaan. "Menaikkan bunga belum tentu jadi solusi efektif dalam bertahan. Multifinance harus menyesuaikan dengan kecenderungan konsumen yang masih menyukai bunga murah," ujarnya.

Alexander, Direktur Utama BII Finance Center , mengatakan ada dua jenis konsumen multifinance. Yakni, kelas menengah atas yang menyukai bunga murah, tenor pendek tetapi uang muka tinggi. Dan kelas menengah yang bisa menerima bunga tinggi asalkan tenor pendek dan uang muka rendah. Multifinance harus jeli dalam menerapkan bunga bagi masing-masing kelompok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×