Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) tercatat mengalami penurunan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di paruh pertama 2017. Tercatat NPL perseroan itu menurun dari 3,0% pada semester I 2016 menjadi 2,8% per akhir Juni 2017.
Merujuk pada laporan keuangan BNI, penyumbang NPL terbesar di semester-I 2017 tersebut berasal dari nasabah korporasi BNI yang bergerak di sektor manufaktur yakni PT Namasindo Plas sebesar Rp 1,5 triliun.
Gani, Analis Buana Capital mencatat, kredit bermasalah yang disalurkan ke perusahaan produsen botol plastik tersebut menyumbang sedikitnya 13,6% dari total NPL BNI di semester I 2017 sebesar Rp 11,01 triliun.
Gani dalam risetnya memproyeksi, rasio NPL BNI belum akan meningkat kembali alias stabil di level 2,8% pada akhir tahun 2017. Meski begitu, rasio tersebut akan berhasil ditekan pada akhir tahun 2018 menjadi 2,7%.
Lebih lanjut, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan skema strategic partnership kepada debitur bermasalah tersebut. "Namasindo sedang dicarikan strategic partner, total kredit yang diberikan Rp 1,5 trilliun," katanya kepada KONTAN, Selasa (25/7).
Secara terpisah, Direktur BNI Putrama Wahyu Setiawan menambahkan, meski Namasindo menyumbang NPL cukup tinggi, rasio kredit bermasalah perseroan ini mengalami penurunan pasca dilakukannya penghapusbukuan atau write off kepada debitur perseroan PT Trikomsel Oke sebesar Rp 1,2 triliun.
Adapun, hingga semester-I 2017, BNI mencatat telah melakukan penghapusbukuan sebesar Rp 3,47 triliun atau meningkat 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,97 triliun.
Alhasil, kredit yang berhasil diselamatkan (recovery) meningkat menjadi Rp 1,09 triliun atau naik 106,40% dibanding periode tahun lalu. Lebih lanjut, dari total recovery kredit BNI sebanyak 37,5% berasal dari segmen menengah, 25% korporasi dan 21,8% segmen kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News