kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

NIM Tergerus, Laba Perbankan Terancam Susut pada Tahun Ini


Senin, 22 April 2024 / 06:20 WIB
NIM Tergerus, Laba Perbankan Terancam Susut pada Tahun Ini
ILUSTRASI. Layanan nasabah di Bank CIMB Niaga, Jakarta, Senin (15/01). KONTAN/Baihaki/15/01/2024


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat suku bunga acuan yang tetap tinggi kian menggerus margin bunga yang didapatkan oleh perbankan. Kondisi inflasi dan geopolitik terkini pun mampu membuat net interest margin (NIM) bank semakin turun.

Jika melihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM industri perbankan per Februari 2024 ada di level 4,49%. Capaian tersebut lebih rendah dari posisi Desember 2023 dan Januari 2024 yang masing-masing di level 4,81% dan 4,54%.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae membenarkan bahwa ada potensi penurunan laba perbankan sejalan dengan tren penurunan NIM tersebut. Di mana, itu dipengaruhi suku bunga global maupun domestik yang menyebabkan biaya dana perbankan menjadi tinggi.

Meski demikian, ia menilai NIM perbankan di Indonesia masih lebih menarik dibandingkan NIM di negara-negara tetangga. Di mana, pendapatan bunga dari kredit maupun surat berharga Bank Indonesia tetap tumbuh.

Baca Juga: BSI Targetkan Pertumbuhan Bisnis Emas Sebesar 30% pada Tahun 2024

“Kondisi ini tentu masih relatif baik dan menarik bagi investor,” ujar Dian kepada KONTAN (21/4).

Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Novita Widya Anggraini pun mengakui bahwa NIM perbankan memang tengah tertekan. Tak hanya di BNI, ia melihat industri pun juga terjadi demikian.

Menurutnya, tekanan terhadap NIM ini tetap akan dirasakan setidaknya hingga kuartal 2/2024. Di mana, biaya dana dirasakan bakal tetap tinggi.

Novita pun mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mulai mengkaji target NIM BNI sepanjang 2024. Kemungkinan, ada revisi dari target sebelumnya di kisaran 4,5%.

“Ke angka berapa masih kami evaluasi. Kemungkinan besar iya revisi ke bawah,” ujar Novita.

Sebagai informasi, pada 2023 sendiri, BNI juga telah mengalami penurunan NIM secara tahunan. Di 2022 masih berada di 4,8% dan di 2023 telah menjadi 4,6%.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan optimistis NIM yang dimiliki CIMB Niaga bisa lebih stabil hingga akhir tahun ini. Di mana, dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir NIM CIMB Niaga telah turun 150 basis poin.

Baca Juga: BRI Catat Setoran Tunai ATM Naik 24,5% Sepanjang Libur Lebaran 2024

Ia melihat dalam tiga tahun terakhir, volume dana murah atau CASA sudah mulai tinggi sehingga mampu menekan biaya dana. Di tambah, adanya penyesuaian bunga kredit yang dinaikkan.

“Bunga kredit mau tak mau kami naikkan dan kami berharap NIM tetap bisa di kisaran 4,2%,” ujarnya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa kondisi saat ini sulit untuk semakin menekan biaya dana yang dimiliki. Ia melihat suku bunga bisa jadi tidak akan turun sebesar ekspetasi sebelumnya.

“Kami masih berharap ada penurunan suku bunga BI tahun ini meski tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya,” tandasnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Budi Frensidy pun mengaku senang jika perbankan bisa menurunkan NIM secara signifikan tanpa intervensi regulator. Mengingat, selama ini NIM perbankan tanah air kerap menjadi sorotan karena terlalu tinggi.

Hanya saja, Budi khawatir tren penurunan NIM tersebut tidak terlalu signifikan. Padahal, menurutnya NIM perbankan bisa di kisaran 2% hingga 3%.

“Tapi kisaran itu tak bisa dicapai dalam jangka pendek. Kalau realisitisnya bisalah ditekan di kisaran 3% hingga 4%,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×