Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet kotor alias non performing loan (NPL) gross PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) meningkat menjadi 1,6% per September 2019. Angka tersebut meningkat dibandingkan September 2018 sebesar 1,4% yang juga bertahan hingga Juni 2019.
Rasio kredit macet bersih atawa NPL nett perseroan juga meningkat 20 bps, dari 0,4% pada September 2018, menjadi 0,6% pada September 2019.
Baca Juga: Naik 13%, Bank BCA raup laba Rp 20,9 triliun hingga kuartal III 2019
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja dalam paparan publik BCA kuartal III-2019, Senin (28/10) di Hotel Indonesia menyatakan segmen korporasi jadi penopang utama meningkatnya rasio NPL perseroan.
“Terutama memang sudah menjadi rahasia umum penyebab NPL kami berasal dari industri baja, perusahaannya saya tak perlu sebut. Kami sebenarnya kena kecil, bank-bank lain yang kena besar,” kata Jahja.
Segmen korporasi sejatinya punya kontribusi paling besar terhadap penyaluran kredit perseroan per September 2019. dari total kredit senilai Rp 585,49 triliun, 39,6% atau setara Rp 231,99 triliun disumbang segmen korporasi.
Meski demikian sumbangan segmen korporasi terhadap kredit macet perseroan juga tercatat paling besar dibandingkan segmen kredit lainnya. Dari total kredit macet senilai Rp 9,44 triliun, segmen korporasi menyumbang 36,6% atau setara Rp 3,45 triliun.
Selain dari segmen korporasi, Jahja juga bilang bencana alam di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi September 2018 lalu juga jadi penyebab meningkatnya rasio NPL perseroan. “Pasca bencana Palu, banyak kredit macet yang sulit kami tagih dari debitur di sana,” lanjut Jahja.
Baca Juga: Sudah punya 200.000 unit, LinkAja tak tambah EDC lagi saat implementasi QRIS
Sementara Direktur BCA Vera Eve Lim menambahkan akibat meningkatnya rasio NPL perseroan, biaya kredit alias cost of credit perseroan juga ikut terkerek naik.
Per September 2019, rasio CoC perseroan berada di level 0,8%. Meningkat 30 bps dibandingkan September 2018 sebesar 0,5%. “Biaya kredit kami naik tinggi karena untuk tambahan cadangan, turun ke NPL, yang akibat bencana Palu juga tambah cadangan,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Meski demikian, dari laporan keuangan perseroan rasio pencadangan yang dibentuk perseroan justru tercatat menurun. Dari 187,0% pada September 2019, menjadi 163,8% pada September 2019.
“Dengan kondisi seperti ini, sepertinya (NPL) akan bertahan di level tersebut. Untuk coverage ratio sendiri kami tidak ada kebijakan tertentu, yang jelas minimal kita akan bentuk di kisaran 100%-120%, kalau sudah di atas itu fleksibel saja,” tambah Jahja.
Baca Juga: Bank CIMB Niaga konversi kantor cabang di Aceh jadi cabang syariah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News