CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

NPL perbankan turun menjadi 2,86% dari 3,09% di Januari


Jumat, 02 Maret 2018 / 15:29 WIB
NPL perbankan turun menjadi 2,86% dari 3,09% di Januari
ILUSTRASI. Teller Menghitung Uang RUPIAH


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan per Januari 2018 laju rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) mengalami penurunan dari level tahun sebelumnya.

Per Januari 2018 OJK mencatat NPL bank berada di level 2,86%. Rasio tersebut turun dari posisi Januari 2017 yang menyentuh level 3,09%. Pun, secara NPL net di bulan Januari 2018 besarannya mencapai 1,23% turun dari bulan yang sama tahun lalu sebesar 1,35%. Menurut OJK, tahun lalu sejumlah bank telah memupuk pencadangan yang cukup sehingga NPL secara net menurun.

Kepala Departemen Stabilitas Sistem Keuangan OJK Rendra Idris mengatakan, secara umum kondisi perbankan di awal tahun menunjukan tingkat kesehatan yang baik. "NPL masih di bawah 3%, sampai terakhir ada di 2,86% artinya bank-bank sudah membentuk pencadangan," kata dia saat ditemui di kantor OJK, Jakarta, Kamis (1/3).

Hal serupa juga terlihat dari risiko likuiditas yang membaik, per Januari 2018 rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) berada di posisi 106,06% dibanding periode tahun 2017 91,83%.

Meski begitu, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK Santoso Wibowo mengungkapkan, laju NPL bila dibandingkan per posisi Desember 2017 memang ada peningkatan sebanyak 27 basis poin (bps).

Santoso menjelaskan kenaikan NPL dari akhir tahun ke awal tahun merupakan tren tahunan yang pasti terjadi. Alasannya, pada bulan Desember 2017 pertumbuhan kredit cukup tinggi sebesar 8,24% secara tahunan atau year on year (yoy). Bila dibandingkan dengan bulan Januari 2018, persetanse ini menurun menjadi hanya 7,4% secara yoy.

"Kenaikan NPL ini masalah matematis, karena di bulan Desember 2017 kredit tinggi dan di bulan Januari 2018 banyak yang melunasi, jadi angka pembaginya menurun sehingga secara matematis naik," katanya.

OJK menyebut, laju NPL sejauh ini masih disumbang dari dua sektor besar yang kreditnya belum membaik yakni pertambangan dan perkebunan.

Gambaran saja, per Januari 2018 kredit sektor pertambangan memang menurun cukup dalam sebanyak 21,84%. Sementara kredit industri pengolahan hanya naik 1,6%.

OJK pun menilai seiring bertumbuhnya kondisi ekonomi terutama di sektor pertambangan laju NPL juga akan membaik. Proyeksi OJK, ada ruang selama enam bulan sebelum NPL mulai melandai.

"Selama NPL masih di bawah threshold OJK (5%) itu baik, NPL naik (Desember-Januari) karena di sumbang pertambangan, dan menurun secara tahunan karena sektor itu juga," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah bankir juga mengatakan laju NPL tidak bergerak begitu kencang dibandingkan tahun 2017. PT Bank OCBC NISP Tbk menyebut, perbaikan NPL sejalan dengan pertumbuhan kredit OCBC yang naik 14% di bulan Januari 2018.

Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, per Januari 2018 NPL berada di level 1,75% menurun sejalan dengan kondisi industri perbankan. "Dalam hal OCBC NISP, NPL trennya cukup sejalan dengan industri yaitu membaik dibandingkan 2017," ujar Parwati kepada Kontan.co.id, Jumat (2/3).

Rasio NPL OCBC NISP juga menurun bila dibandingkan dengan akhir Desember 2017 yang berada di posisi 1,8%.

Senada, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi juga menuturkan laju NPL sejalan dengan tren di industri.

Meski belum dapat merinci secara detil, bank milik taipan Dato Sri Tahir ini mencatatkan rasio kredit bermasalah di bawah 3% per Januari 2018. "Kurang lebih masih sama dengan industri di bawah 3%, mayoritas di segmen UMKM maupun korporasi," kata Hariyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×