kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

OJK susun update POJK permodalan dan likuiditas


Senin, 05 Juni 2017 / 09:58 WIB
OJK susun update POJK permodalan dan likuiditas


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan melakukan pembaruan mengenai peraturan OJK (POJK) mengenai permodalan dan likuiditas sesuai dengan ketentuan internasional. Diharapkan ini bisa memberikan penyegaran dua POJK tentang permodalan dan likuiditas yang ada saat ini.

Sukarela Batunanggar Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK mengatakan, pembaruan ini akan menyesuaikan aturan internasional yaitu Interest Rate Risk in the Banking Book (IRRBB) yang masuk dalam kerangka basel.

“Intinya adalah penguatan permodalan dan likuiditas dengan memperhatikan risiko exposure sistemik,” ujar Sukarela menjawab pertanyaan KONTAN, Minggu (5/6).

Penyesuaian aturan ini penting untuk meningkatkan mitigasi risiko, mengingat semakin besarnya aset konglomerasi yang ada. Saat ini OJK sedang dalam tahap perumusan aturan ini.

Sukarela belum menyampaikan detil perubahan apa saja yang nantinya akan dilakukan. Sebab, regulator masih menyusun draft dan nantinya bisa meminta masukan dari industri perbankan.

Sebagai gambaran saja pada 2015, OJK sudah mengeluarkan aturan POJK No 42/POJK.03/2015 mengenai pemenuhan rasio kecukupan likuiditas bagi bank umum. Selain itu di tahun berikutnya OJK juga menerbitkan POJK mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum No 11/POJK.03/2016.

Terkait permodalan, basel III memang memperbaiki definisi modal dan lebih mengutamakan modal tier 1. Selain itu aturan internasional juga mewajibkan bank menambahkan capital conservation buffer agar bank lebih tahan lama menghadapi krisis.

Selain itu bank juga dituntut membentuk countercyclical buffer untuk cadangan ketika pertumbuhan kredit dinilai terlalu tinggi. Terkait permodalan bank juga harus menghitung leverage ratio minimal 3%.

Untuk likuiditas, dalam basel 3, bank memang harus menghitung risiko likuiditas jangka pendek dengan LCR (Liquidity Coverage Ratio), dan risiko likuiditas jangka panjang dengan NSFR (net stable funding ratio). Keduanya ditetapkan minimal sebesar 100%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×