kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar sepi, bisnis alat berat turun 15% tahun ini


Kamis, 14 Agustus 2014 / 08:05 WIB
Pasar sepi, bisnis alat berat turun 15% tahun ini
ILUSTRASI. Emiten pelayaran masih percaya diri untuk menggelar ekspansi pada tahun ini.


Reporter: Christine Novita Nababan, Febrina Ratna Iskana, Tendi Mahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Lesunya pembiayaan alat berat pada separuh pertama tahun ini akan berlanjut ke semester kedua. Perlambatan pembiayaan alat berat disinyalir terjadi karena harga komoditas pertambangan terutama batubara yang mengalami penurunan. Selain itu, bisnis pembiayaan alat juga terguncang akibat adanya beleid pembatasan ekspor mineral mentah. 

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, pembiayaan alat berat kemungkinan menurun sekitar 15% tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. "Penurunan berdampak pada proyeksi pertumbuhan industri pembiayaan pada tahun ini," ujar Suwandi. 

APPI memprediksi, pertumbuhan bisnis industri pembiayaan hanya mampu tumbuh sekitar 5%-10% hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan akan didominasi oleh pembiayaan otomotif. Suwandi bilang, penyaluran pembiayaan hanya tumbuh sekitar 5% sepanjang semester pertama.

Salah satu multifinance yang bergerak di pembiayaan alat berat, Buana Finance harus rela mencatat penurunan laba sepanjang semester pertama lalu. Laba Buana Finance turun 16,1% menjadi Rp 62,3 miliar.  "Kami sadar bisnis alat berat masih penuh tantangan," kata Direktur Buana Finance Anthony Muljanto, beberapa waktu lalu.

Anthony mengatakan, bisnis pembiayaan alat berat yang menjadi bisnis inti mereka masih belum membaik. Hal ini tak lepas dari masih rendahnya harga beberapa komoditas pertambangan dan dampak dari beleid larangan ekspor mineral mentah.
Untuk semester kedua, Anthony memperkirakan pertumbuhan bisnis tidak akan besar. "Melihat situasi, kemungkinan akan mendatar," ujar Anthony.

Sedangkan Mandiri Tunas Finance (MTF) justru mengistirahatkan bisnis pembiayaan alat berat untuk sementara karena kondisi yang tidak memungkinkan. "Selama ini, sumbangan alat berat tertinggi cuma 1% dari total pembiayaan," kata Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama Mandiri Tunas Finance. 

Namun, MTF tidak kapok dengan lini usaha pembiayaan alat berat ini. Menurut dia, Mandiri Tunas berhenti sejenak sembari menunggu momentum yang tepat untuk kembali menyalurkan pembiayaan alat berat.

Nah, MTF kini mencari pendanaan sebesar Rp 500 miliar untuk kebutuhan pembiayaan kendaraan yang menjadi bisnis inti selama ini. Anak usaha Bank Mandiri ini membidik pinjaman bilateral dari perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×