kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pembiayaan alat berat Mandiri Tunas Finance turun 60%


Kamis, 08 Agustus 2019 / 19:00 WIB
Pembiayaan alat berat Mandiri Tunas Finance turun 60%


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan atau multifinance catatkan peningkatan yang cukup signifikan untuk pembiayaan alat berat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Juni 2019 pembiayaan alat berat berjumlah Rp 37,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat 6,51% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 35,3 triliun.

Baca Juga: Kredit konstruksi tumbuh signifikan di paruh pertama 2019

Kondisi sebaliknya terjadi pada bisnis pembiayaan alat berat PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Hingga Juni 2019 total pembiayaan alat berat MTF mencapai Rp 566 miliar, turun signifikan sebesar 60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 1,44 triliun.

"Penurunan terjadi karena memang by design MTF saat ini kami coba atur portfolio pembiayaan alat berat ke commercial car," ujar Direktur MTF, Harjanto Tjitohardjojo kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Menurut Harjanto, sesuai arahan dari pemegang saham untuk aturan portfolio MTF. Dimana alat berat di jaga di bawah 10% dari total pembiayaan MTF. "MTF fokus alat berat di Logistik seperti Head Tractor untuk Container, kendaraan untuk Gudang, serta Infrastruktur,"jelasnya.

Baca Juga: Sasar nasabah tajir, Bank Mandiri bidik pertumbuhan bisnis kartu kredit setinggi 15%

Adapun secara year to date (ytd) hingga Juni 2019 total pembiayaan MTF mencapai Rp 13,5 triliun. 

Selain itu, MTF lebih memprioritaskan pembiayaan alat berat kepada nasabah-nasabah dari Bank Mandiri. Dengan begitu, profil risiko dan nasabah pun dinilai bisa tergambar dengan lebih baik.

Namun demikian, Harjanto melihat di semester II ini masih banyak tantangan yang dihadapi. Di antaranya adalah tren ekonomi dunia, kebijakan Uni Eropa terhadap CPO Indonesia dan perang dagang China- AS yang berdampak ke harga komoditas.

Baca Juga: Mandiri Syariah bukukan laba Rp 551 miliar di semester I-2019

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×