Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pembiayaan sektor produktif industri multifinance bakal terkerek di tahun ini. Sejumlah pebisnis usaha akan memperbesar porsi bisnis tersebut di 2018.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November 2017, total outstanding pembiayaan Rp 412,64 triliun. Dalam 11 bulan, kontribusi pembiayaan multiguna memang mendominasi yakni 58,19%, dengan pertumbuhan hanya 5,82% tahun lalu.
Memang, dari sisi pertumbuhan, pembiayaan modal kerja naik paling tinggi, yakni mencapai 16,41%. Namun kontribusinya baru 5,5% dari total outstanding pembiayaan. Pembiayaan produktif tergolong bisnis baru bagi multifinance. Pembiayaan ini muncul sejalan dengan terbitnya Peraturan OJK, tahun 2014.
Aturan OJK ini bertujuan agar multifinance tidak fokus membiayai sektor otomotif. "Kami melihat potensi pasar sektor produktif positif karena kebutuhan konsumen tetap ada," ujar Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), kemarin.
Dia memperkirakan, pertumbuhan pembiayaan multifinance tahun ini berkisar antara 9%-10% . Kerek pembiayaan PT Indosurya Inti Finance mengaku akan fokus pada pembiayaan produktif.
Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung mengatakan, hingga Desember 2017, perusahaan ini telah menyalurkan pembiayaan Rp 2,06 triliun. Pembiayaan investasi berkontribusi 69%, modal kerja 15,5%, multiguna 10,5% dan sisanya 5%.
Tahun ini, kata Mulyadi, pebisnis multifinance akan menggenjot ekspansi. Indosurya Finance, misalnya, akan mengucurkan kredit modal kerja dan membidik pertumbuhan 20% di segmen ini. Dia memprediksikan, pembiayaan investasi baru cenderung stagnan selama periode tahun politik 2018-2019.
Amitra, pembiayaan syariah FIF Group, justru berhati-hati menyalurkan pembiayaan mikro modal kerja di tahun ini.
Presiden Direktur Amitra Zulkarnaen Prasetya menyatakan, tahun lalu kontribusi pembiayaan mikro multiguna dan mikro modal kerja masing-masing sebesar 50%. Sedangkan tahun ini, Zulkarnaen bilang, porsi multiguna akan terkerek.
"Risiko modal kerja memang lebih tinggi dari multiguna, tapi pasarnya masih prospektif," kata dia. nMeski ada risiko, tapi kebutuhan pembiayaan modal kerja masih tetap ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News