Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perbankan tampak terus menggenjot pendapatan nonbunga atau fee based income. Per Juli 2025, sejumlah perbankan mencatat pertumbuhan pendapatan nonbunga dua hingga dua digit.
Sebut saja PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS). Per posisi Juli 2025, bank syariah terbesar di Indonesia mencatatkan fee based income BSi tumbuh sekitar 34,33 % year on year (YoY).
Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nonbunga bank yang signifikan ini disokong tiga segmen utama, yakni bisnis emas, treasury, dan e-channel.
“Bisnis emas, treasury, dan e-channel memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan fee based income,” kata Wisnu kepada Kontan, Selasa (9/9/2025).
Dia bilang, bahwa BSI mengembangkan ekosistem bisnis halal mulai dari hulu hingga hilir dan merangkum dalam close loop ekosistem end to end mulai dari pendanaan, pembiayaan, dan terakhir di transaksi melalui BSI. Sehingga, harapannya ini akan jadi satu ekosistem bisnis yang nantinya bisa mendorong fee based income.
Baca Juga: Bisnis Wealth Management Tumbuh, AUM BCA Didominasi Government Bonds
Hal yang sama juga dipaparkan oleh PT Bank Central Asia Tbk.(BBCA) juga terus mengoptimalkan pendapatan dari segala lini bisnis. Salah satunya melalui pendapatan nonbunga.
Merujuk laporan keuangan BCA, per Juli 2025 pendapatan nonbunga dicatat sebesar Rp 15,85 triliun. Nilai ini tumbuh 17,8% YoY, dari capaian pendapatan nonbunga periode Juli tahun sebelumnya yang masih Rp 13,45 triliun.
Pendapatan nonbunga ini juga tumbuh secara bulanan. Yang mana dicatat per Juni 2025, pendapatan nonbunga BCA sejumlah Rp 13,75 triliun. Nilai ini juga tumbuh 10,6% YoY dibanding Juni 2024, ditopang pendapatan fee dan komisi yang tumbuh 9,5% YoY menjadi Rp 9,9 triliun sepanjang semester I 2025.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang, bahwa BCA senantiasa memastikan hadirnya platform transaksi perbankan yang aman dan andal, sekaligus menjadi solusi yang relevan bagi kebutuhan nasabah, sehingga dapat meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.
“Hal ini diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan pendapatan selain bunga hingga akhir tahun,” kata Hera.
Baca Juga: Transaksi BI-FAST Bank CIMB Niaga Melesat 86% per Juli 2025
Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA)mencatatkan kinerja fee based income yang stagnan agak sedikit turun di bulan Juli 2025 ini. Menilik laporan keuangan, pendapatan nonbunga CIMB Niaga sebesar Rp 3,28 triliun per Juli 2025 ini, menurun 1% YoY dari pendapatan nonbunga Juli 2024 lalu yang sebesar Rp 3,31 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengakui kinerja fee based income CIMB Niaga memang cenderung flat secara tahunan di Juli 2025.
“Secara YoY fee based income terlihat flattish karena semata-mata ada one off fee income di tahun lalu yang bukan recurring. Di luar itu sebetulnya bertumbuh baik,” kata Lani.
Di luar itu, sejatinya masih tumbuh baik. Hal ini juga sejalan dengan fee to income ratio CIMB Niaga yang dicatat Lani masih relative tinggi, yakni di kisaran 30%.
“Fee to income ratio juga relative tinggi sekitar 30%-an, sehubungan dengan fokus kami ke fee based income untuk mengurangi ketergantungan dari interest income,” lanjut Lani.
Dia bilang, bahwa pendapatan nonbunga di CIMB Niaga paling banyak disokong oleh recurring monthly fee, layanan foreign exchange, serta wealth management products.
Selanjutnya: Arkora Hydro (ARKO) Teken Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik untuk PLTA Pongbembe
Menarik Dibaca: Pasar Aset Kripto Hadapi Ujian September Effect, Investor Disarankan Lakukan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News