Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank-bank milik pemerintah bisa bernafas lega. Kebutuhan modal ditambah likuiditas yang ketat, bisa melonggar setelah pemerintah lewat Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2015 hanya menargetkan setoran dari dividen bank pelat merah senilai Rp 8,8 triliun, dari sebelumnya Rp 10,3 triliun.
Tahun lalu, empat bank milik pemerintah menyetor dividen sebesar 30% atas laba bersihnya. Total dividen yang dibagikan oleh empat bank BUMN mencapai itu Rp 14,99 triliun. Dari jumlah tersebut, setoran dividen ke pemerintah dengan asumsi kepemilikan 60%, mencapai Rp 8,99 triliun.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, merespon positif jika akhirnya rasio dividen diturunkan. "Kalau dividen turun ya bagus, atau paling tidak stagnan saja," tutur Budi, Selasa (19/8). Dia menambahkan, industri perbankan memang tengah membutuhkan modal besar.
Saat ini, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Bank Mandiri berkisar 16%. Angka itu, kata Budi, masih memenuhi ketentuan Basel III, tentu dengan melihat laju pertumbuhan kredit hingga akhir tahun. Tahun ini, pertumbuhan kredit Bank Mandiri diprediksi hanya naik 15% saja.
Pada tahun buku 2013, Bank Mandiri membagikan dividen senilai Rp 5,46 triliun. Dari jumlah itu, porsi dividen milik pemerintah tercatat sebesar Rp 3,28 triliun.
Rencana penurunan rasio dividen juga disambut positif Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Yap bilang, industri perbankan merupakan industri padat modal.
Jika mampu menahan laba Rp 100 miliar saja, lanjut Yap, bank bisa menyalurkan tambahan kredit senilai Rp 1 triliun. "Intinya, porsi dividen memang perlu turun, karena bank butuh modal untuk ekspansi," kata dia. Saat ini, CAR BNI tercatat sebesar 15,9%, dan akan bertahan pada kisaran itu hingga akhir 2014.
Atas kinerja tahun lalu, Bank BNI memberikan dividen senilai Rp 2,72 triliun kepada pemegang saham. Pemerintah sebagai pemegang mayoritas saham memperoleh dividen Bank BNI senilai Rp 1,63 triliun.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menjadi pelanggan tetap penyetor dividen terbesar diantara bank BUMN, belum membahas soal rencana pengurangan rasio dividen bank BUMN di tahun depan. "Belum ada pembicaraan," terang Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank BRI.
Budi juga belum bisa membeberkan efek pengurangan setoran dividen ke penghitungan CAR BRI. Yang jelas, kata Budi, BRI memiliki simulasi, namun hanya untuk keperluan internal dan belum bisa diinformasikan ke publik. Sebagai bank dengan laba bersih terbesar, tahun lalu BRI menebar dividen Rp 6,,348 triliun. Pemerintah pun mendapat porsi senilai Rp 3,81 triliun.
Demikian halnya dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) belum mau bicara. Hulmansyah, Direktur Keuangan BTN bilang, pihaknya belum menerima usulan pengurangan porsi dividen. Tahun lalu, BTN membagikan dividen senilai total Rp 468 miliar, dan pemerintah menerima Rp 280,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News