kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perbankan Berpacu dengan Tenggak Waktu Penuhi Modal Inti, Ada yang Banting Setir


Rabu, 12 Oktober 2022 / 18:11 WIB
Perbankan Berpacu dengan Tenggak Waktu Penuhi Modal Inti, Ada yang Banting Setir
ILUSTRASI. Model menunjukan aplikasi mobile banking BANGGA dari Bank Ganesha saat peluncurannya di Jakarta, Selasa (3/4). Perbankan Berpacu dengan Tenggak Waktu Penuhi Modal Inti, Ada yang Banting Setir.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tenggak waktu pemenuhan ketentuan modal inti minimun perbankan sudah semakin mepet. Tersisa 2,5 bulan lagi bagi bank-bank kecil menambah modal untuk memenuhi aturan regulator. 

Bank yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) kebanyakan akan menempuh aksi righst issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) meskipun kondisi pasar saham sedang terkoreksi. 

Namun, ada juga yang kemudian banting setir dari semula berencana rights issue akhirnya memilih private placement dimana pengendali sahamnya melakukan injeksi modal sendiri. 

1. Bank Ina Perdana Tbk 

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) tetap memilih jalur rights issue karena persiapannya sudah dilakukan jauh-jauh hari. Bank milik Salim Group ini akan menerbitkan saham baru 296,85 juta atau 4,76% dari total saham yang ditempatkan. 

Baca Juga: Perbankan Perkuat Modal Lewat Rights Issue, Investor Lama Siap Menyerap Haknya

Harga pelaksanaanya ditargetkan sekitar Rp 3.600- Rp 4.200. Dengan begitu, perseroan akan berpotensi dapat tambahan modal baru Rp 1,24 triliun. Aksi korporasi ini akan digelar pada minggu-minggu terakhir November.

Per Juni 2022, modal inti Bank Ina tercatat Rp 2,27 triliun. Jika seluruh saham rights issue terserap maka modal inti perseroan sampai di akhir tahun nanti akan lebih dari Rp 3 triliun. 

Daniel Budirahaju Direktur Utama Bank Ina mengatakan, perseroan akan fokus melakukan transformasi digital dengan permodalan yang semakin kuat. Bank ini akan mengembangkan superapp untuk melayani pinjaman dan juga transaksi secara digital.

"Setelah mendapat license digital banking dari OJK, kami akan fokus pengembangan unit digital bank baik dari segi pinjaman maupun transaksi," kata Daniel pada Kontan.co.id, Rabu (12/10). 

Sementara dari sisi pertumbuhan bisnis, perseroan akan terus menargetkan pertumbuhan kredit. Adapun tahun ini, Bank Ina optimis bisa mencatatkan ekspansi kredit lebih dari 30%. 

2. Bank Capital International Tbk

Sementara PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) banting setir di tengah waktu yang semakin mepet. Bank batal melakukan rights issue dan memilih melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement

Bank Capital akan menerbitkan saham baru sebanyak 19.946.980.337 lembar atau setara 72,14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah private placement. Saham baru ini bakal diserap oleh PT Capital Global Investama, pengendali saham eksisting. Artinya injeksi modal dilakukan sendiri oleh pemilik bank. 

Baca Juga: Bank Neo Commerce (BBYB) Akan Rights Issue Lagi pada 2022, Bidik Dana Rp 5 Triliun

Direktur Utama Bank Capital Wahyu Dwi Aji mengatakan skema aksi korporasi itu karena mempertimbangkan kondisi pasar saham. 

"Pertimbangan waktu dan jumlah yang bisa diserap dengan kondisi market yang ada, untuk memenuhi lebih awal komitmen untuk bisa mencapai Rp 3,5 triliun lebih modal inti," kata Wahyu.

Seperti diketahui, sebagian besar saham Bank Capital saat ini dimiliki oleh investor publik yakni 61,83%. Sementara Capital Global Investama hanya menggenggam 28,6% dan sisanya 9,5% dimiliki oleh KPD Simas Fund 2. 

Menurut Wahyu, semestinya harga private placement ini kemungkinan akan sama seperti harga rights issue yang diumumkan sebelumnya yakni Rp 100 per saham. Namun, keputusannya masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jika harganya sama, bank ini akan mendapatkan tambahan modal Rp 1,99 triliun, sama seperti target saat merencanakan rights issue.  Adapun per Juni 2022, modal intinya baru Rp 1,95 triliun. 

Sementara dalam prospektus yang diterbitkan Bank Capital, Senin (10/10), tujuan privat placement disebutkan untuk menghindari pengambilalihan oleh regulator.

Sepanjang semester I 2022, pendapatan bunga bersih bank ini minus Rp 154 miliar. Ini terjadi karena penurunan pendapatan bunga 36,7% year on year (YoY) jadi Rp 291 miliar, sedangkan beban bungan-nya membengkak 31,3% jadi Rp 446,8 miliar.

Baca Juga: Bank BJB raih izin KUB, modal inti BJB Syariah tak wajib disuntik hingga Rp 3 triliun

Namun, bank ini masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,2 miliar, turun 20,4% dari semester I 2021. Ini ditopang oleh adanya pendapatan lain-lain sebesar Rp 454,7 miliar.

Kredit Bank Capital per Juni 2022 hanya tercatat Rp 2,35 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 17,7 triliun. Sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) bank hanya 13,3 %, yang artinya fungsi intermediasi bank tidak berjalan baik.

3.Bank Victoria Internasioanal Tbk dan Bank Victoria Syariah

Sementara PT Bank Victoria Syariah (BVIS) yang masih memiliki modal inti Rp 274,9 miliar per Juni 2022 kini sudah diambilalih oleh PT Victoria Investama Tbk (VICO) dari PT Bank Victoria Intenational Tbk (BVIC). 

VICO merupakan pengendali saham BVIC dengan kepemilikan 44,38%. BVIC melepas anak usaha syariahnya ke VICO pada 26 September 2022 lalu senilai Rp 288 miliar. 

Selanjutnya, VICO akan melakukan rights issue untuk mendanai akuisisi Bank Victoria Syariah dan sekaligus menambah modalnya untuk memenuhi ketentuan modal inti, serta menyerap rights issue yang akan dilakukan BVIC. Aksi korporasi akan digelar pada akhir November hingga awal Desember.

Berdasarkan prospektus rights issue yang diterbitkan di BEI, Kamis (6/10), VICO akan menerbitkan saham baru maksimal 9,96 miliar atau setara 49,75% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue. 

Baca Juga: Penuhi Modal Inti, Bank MNC (BABP) Akan Terima Setoran Modal dari Pemegang Saham

Harga pelaksanaan-nya dipatok Rp 150-Rp 180 per saham sehingga perseroan berpotensi meraup dana Rp 1,5 triliun -Rp 1,8 triliun. 

Sekitar 23,8% dari dana itu akan dipakai membeli saham rights issue BVIC, 15,67% untuk membiayai akuisisi Bank Victoria Syariah dan 60,52% untuk menambah modal bank syariah tersebut. 

Adapun BVIC tercatat baru memiliki modal inti Rp 2,4 triliun per Juni 2022. Itu sebabnya, bank ini juga akan melakukan rights issue dengan menerbitkan 5 miliar saham baru dan menerbitkan waran 4,56 miliar. 

4. PT Bank Ganesha Tbk 

Bank berkode saham BGTG ini akan melakukan rights issue dengan menerbitkan 7,5 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara dengan 45,53% dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue

Baca Juga: Bank cilik diminati banyak investor asing

Adapun harga pelaksanaan Rp 120 per saham sehingga  perseroan berpeluang meraup dana segar Rp 900 miliar. Adapun modal inti Bank Ganesha per Juni 2022 tercatat sebesar Rp 2,1 triliun. 

PT Equity Development Investment Tbk selaku pengendali saham bank ini dengan kepemilikan 50,61% telah menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya dan tidak akan mengalihkan kepada pihak manapun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×