kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   -15.000   -0,65%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Perbankan Nasional Andalkan Fee-Based Income di Tengah Lesunya Kredit


Minggu, 02 November 2025 / 07:08 WIB
Perbankan Nasional Andalkan Fee-Based Income di Tengah Lesunya Kredit
ILUSTRASI. Sejumlah bank di Tanah Air berhasil mempertahankan kinerja positif hingga kuartal III-2025, didorong oleh meningkatnya kontribusi pendapatan non bunga. KONTAN/Baihaki/12/03/2024  


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah bank di Tanah Air berhasil mempertahankan kinerja positif hingga kuartal III-2025, didorong oleh meningkatnya kontribusi pendapatan non bunga atau fee-based income.

Tren ini menunjukkan bahwa sumber laba perbankan kini tidak hanya bergantung pada pendapatan bunga dari penyaluran kredit, melainkan juga pada berbagai layanan transaksi dan jasa keuangan.

Advisor Banking & Finance Development Center, Moch Amin Nurdin, menjelaskan bahwa bagi beberapa bank besar di Indonesia, fee-based income telah menjadi kontributor terbesar kedua setelah pendapatan bunga. Ia menilai bahwa strategi ini kini mulai diadopsi pula oleh bank-bank menengah.

Di tengah pertumbuhan kredit yang masih melambat, bank mulai mengalihkan fokus untuk memperkuat pendapatan non bunga. Amin menyebut bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, peran utama perbankan sebagai lembaga intermediasi bisa bergeser menjadi institusi berbasis transaksi.

Baca Juga: Laba Bank Digital Melejit, Kinerja Melesat Kalahkan Bank Konvensional

“Ada kemungkinan bank-bank besar untuk fee-based income bisa menggeser pendapatan utama (pendapatan bunga), sehingga mereka menjadi bank yang berbasis transaksional,” ujar Amin kepada Kontan, Jumat (31/10/2025).

Amin menambahkan, ada dua alasan utama di balik dorongan peningkatan pendapatan non bunga. Pertama, untuk mengoptimalkan investasi digitalisasi yang telah dilakukan bank. Kedua, sebagai alternatif sumber pendapatan yang lebih minim risiko dibandingkan pendapatan bunga dari kredit.

Menurutnya, beberapa pos yang berkontribusi signifikan terhadap fee-based income adalah transaksi e-banking, biaya administrasi, cash management, serta layanan valuta asing (foreign exchange).

CIMB Niaga Fokus Perkuat Fee-Based Income

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menjadi salah satu bank yang konsisten mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2025, total pendapatan non bunga CIMB Niaga tercatat sebesar Rp 4,68 triliun, tumbuh 6,99% secara tahunan (year on year / YoY) dari Rp 4,37 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyebut bahwa baik pendapatan bunga maupun non bunga memiliki peran penting dalam menopang kinerja bank. Namun, saat ini pihaknya memberikan perhatian lebih pada pendapatan non bunga.

“Kami juga memberikan fokus lebih ke pendapatan non bunga atau fee income, karena selain mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan bunga, juga fee income tidak mengandung faktor risiko kredit yang berdampak ke CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai), sehingga lebih efisien,” ujar Lani.

Baca Juga: Aset Bank Woori Saudara (BWS) Capai Rp 59,6 Triliun pada September 2025

Lani menuturkan, kontribusi utama fee-based income CIMB Niaga berasal dari segmen korporasi melalui arranger fee, transaksi cash management, serta layanan wealth management. Ia berharap porsi fee-based income bisa terus meningkat dari posisi saat ini yang sudah menyumbang lebih dari 30% terhadap total pendapatan.

BRI Genjot Layanan Wealth Management

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga mencatatkan pertumbuhan kuat pada pendapatan non bunga. Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menyebut bahwa salah satu strategi bank adalah memperluas layanan priority banking dan wealth management bagi nasabah di kota-kota besar.

“Ini juga satu sisi terus kita dorong untuk mendapatkan revenue yang lebih baik dan kita juga tidak hanya fokus ke CASA, tetapi juga kita ingin menemukan fee-based income yang cukup di level yang kita harapkan,” jelas Hery.

Hingga September 2025, pendapatan non bunga BRI tercatat sebesar Rp 79,73 triliun, melonjak 57,53% YoY dibandingkan Rp 50,61 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh pendapatan fee dan komisi yang mencapai Rp 15,70 triliun.

BCA Perkuat Ekosistem Transaksi

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 12,4% YoY menjadi Rp 21,4 triliun per September 2025. Sumber utama peningkatan ini berasal dari fee dan komisi yang tumbuh 9,5% YoY menjadi Rp 15,1 triliun.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan bahwa peningkatan tersebut tidak lepas dari kenaikan total frekuensi transaksi BCA sebesar 78% dalam tiga tahun terakhir.

“Peningkatan frekuensi transaksi terwujud seiring inovasi layanan dan produk, serta ekspansi ekosistem transaksi perbankan secara terus-menerus, baik melalui kanal online maupun offline,” jelas Hera.

Baca Juga: Kinerja Bank Digital Moncer pada Kuartal III-2025, Ini Faktor Pendorongnya

Saat ini, BCA mencatat pertumbuhan nasabah yang konsisten dengan total 43 juta rekening per akhir September 2025.

BNI Dorong Digital Transaction Banking

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga berhasil meningkatkan pendapatan non bunga menjadi Rp 16,67 triliun per September 2025, naik 6,7% YoY dari Rp 15,62 triliun.

Direktur Treasury & International Banking BNI, Abu Santosa Sudradjat, mengatakan bahwa strategi digital transaction banking menjadi pendorong utama pertumbuhan tersebut.

“Strategi digital transaction banking yang agresif juga menghasilkan pertumbuhan fee-based income,” kata Abu.

Ia mencatat bahwa layanan digital BNI berkontribusi sekitar 30% dari total fee-based income hingga akhir kuartal III-2025, didorong oleh peningkatan penggunaan aplikasi wondr by BNI dan kanal BNIdirect untuk segmen korporasi.

Selanjutnya: Pasangan Kasar? Ini 8 Tanda-Tanda Harus Putus dengan Pasangan

Menarik Dibaca: Pasangan Kasar? Ini 8 Tanda-Tanda Harus Putus dengan Pasangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×