Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah tekanan pada margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM), dan melambatnya pertumbuhan kredit, sejumlah bank kini semakin mengandalkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebagai penopang utama kinerja.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), margin bunga bank cenderung menurun seiring tren kenaikan biaya dana (cost of fund) dan perlambatan penyaluran kredit, yakni di level 4,59% per Agustus 2025. Padahal di periode sama tahun sebelumnya masih di level 4,60% dan di akhir tahun 2024 lalu ada di level 4,62%.
Namun di sisi lain, pendapatan non bunga perbankan justru tumbuh pesat. Jika di lihat dari data OJK, pertumbuhannya per Juni 2025 mencapai 119,26% secara tahunan senilai Rp 689,44 triliun.
Baca Juga: Bank Besar Catat Pertumbuhan Fee Based Income pada Semester I-2025, Ini Pendorongnya
Advisor Banking & Finance Development Centre (BFDC) Moch Amin Nurdin menilai, perbankan nasional mulai mengubah arah bisnisnya dengan tidak hanya mengandalkan pendapatan bunga (net interest income). Tetapi juga memperkuat sumber pendapatan lain melalui fee based income.
Menurutnya, tren ini sudah terlihat di sejumlah bank besar yang mulai bertransformasi menjadi transaksional bank.
“Saya melihat beberapa bank besar sudah mulai fokus pada pendapatan lain-lain, tidak hanya mengandalkan bunga kredit atau net interest income. Salah satu pilihannya adalah berubah menjadi transaksional bank sehingga fokus meningkatkan pendapatan dari fee based income,” ujar Amin kepada kontan.co.id, Minggu (12/10/2025).
Menurut Amin, pergeseran strategi tersebut tidak terlepas dari tekanan terhadap margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dan upaya bank untuk meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi. Serta perbaikan infrastruktur teknologi informasi.
“Efisiensi digerakkan untuk menekan BOPO. Upaya digitalisasi dan penyempurnaan infrastruktur IT akan menjadi pilihan menarik ke depan, karena bank mulai mengedepankan kinerja berbasis transaksi, bukan lagi semata-mata interest income,” jelasnya.
Amin menambahkan, agar strategi tersebut berjalan optimal, ada tiga hal utama yang perlu diperkuat oleh perbankan.
Pertama, memperkuat infrastruktur IT dan keamanan siber (cyber security). Kedua, peningkatan kualitas SDM yang memahami proses bisnis digital, dengan porsi lebih dari 50% talenta muda yang digital savvy. Dan ketiga, efisiensi dalam seluruh proses bisnis, terutama di bidang kredit yang kini berbasis platform digital.
Kata dia, kombinasi antara teknologi, human capital, dan efisiensi akan menjadi pilar penting transformasi industri perbankan menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan dan kompetitif di era digital.
Baca Juga: Menilik Strategi Bank Bermodal Mini Genjot Pendapatan Fee Based Income
Sementara, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menilai pendapatan bunga masih menjadi kontributor utama bagi industri perbankan, tetapi tren menunjukkan bank mulai lebih memperhatikan fee based income sebagai sumber pertumbuhan baru.
Beberapa penyebab bank mulai memperhatikan fee based income adalah adanya tekanan margin bunga karena bank masih bersaing memberikan bunga kompetitif untuk menarik dana masyarakat.
"Lalu, diverisifkasi pendapatan melalui fee based income, dan adanya tambahan biaya dari layanan teknologi dan digitalisasi yang diberikan bank," jelas Trioksa.
Trioksa memproyeksikan, trennya ke depan masih bergantung pada pendapatan bunga walau porsi fee based juga akan meningkat. Ia juga menyarankan agar bank dapat melakukan optimaliasi tingkat bunga agar dapat kompetitif, pengembangan layanan berbasis fee, integrasi ekosistem bank kedalam ekosistem digital, juga investasi teknologi dan data.
Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, pihaknya telah lama fokus mengembangkan pendapatan berbasis komisi untuk mengurangi ketergantungan terhadap net interest income.
"Kami telah fokus mengembangkan fee income dalam beberapa tahun terakhir untuk memgurangi ketergantungan terhadap interest income. Fee to income ratio kami di sekitar 30%," terang Lani.
Sepanjang delapan bulan pertama tahun 2025, CIMB Niaga mencatatkan fee based income sebesar Rp 1,78 triliun. Tapi realisasi tersebut masih turun 6% secara tahunan.
Lani bilang, kontribusi fee based income berasal dari berbagai sumber, terutama berasal dari transaction banking, dan wealth management.
Pada Juni 2025, rasio NIM CIMB Niaga berada di level 3,96%. Menurun bila dibandingkan rasio NIM tahun lalu yang di level 4,21%.
Baca Juga: Perbankan Genjot Fee Based Income Lewat Digitalisasi dan Ekosistem Baru
Fee based income PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga terus menunjukkan tren positif. Jika dilihat di laporan keuangan perseroan, per Agustus 2025, pendapatan komisi BTN mencapai Rp 3,15 triliun atau melonjak sekitar 85% yoy.
Ramon Armando, Corporate Secretary BTN mengatakan, kenaikan ini didorong oleh semakin aktifnya nasabah memanfaatkan layanan digital, pembayaran, serta jasa administrasi KPR dan produk consumer lainnya.
Pertumbuhan FBI ditopang oleh tiga segmen utama. Pertama, transaksi retail dan digital melalui aplikasi Bale by BTN yang meliputi layanan transfer, pembayaran, top-up, hingga QRIS. Kedua, produk consumer seperti KPR dan kredit kendaraan yang memberikan kontribusi melalui biaya administrasi, asuransi, serta skema joint fee dengan mitra multifinance dan asuransi.
Ketiga, segmen corporate dan institusi yang menghasilkan FBI dari payroll, cash management, serta layanan treasury.
Pada semester I-2025, NIM BTN berada di kisaran 4,4% naik 139 bps secara tahunan, sementara fee based income tercatat sebesar Rp 1,3 triliun.
"Hal ini menunjukkan bahwa NIM masih menjadi sumber utama pendapatan bank, namun kontribusi fee based income tumbuh lebih cepat. Peningkatan fee based income sangat penting bagi BTN untuk mengurangi ketergantungan pada margin kredit yang rentan terhadap tekanan pasar," terang Ramon.
Ke depan, BTN menargetkan kontribusi fee based semakin besar agar lebih mendekati standar industri. Tren ini akan terus ditopang oleh percepatan digitalisasi dan inovasi produk. Strategi yang dilakukan BTNantara lain memaksimalkan transaksi di Bale by BTN dengan menambahkan fitur-fitur baru untuk kebutuhan sehari-hari nasabah.
Selain itu, mengoptimalkan layanan fee generating di consumer banking khususnya KPR, kredit kendaraan, dan asuransi, memperkuat ekosistem dengan merchant, multifinance, dan institusi, serta mendorong transaksi digital dan penggunaan channel BTN agar nasabah semakin loyal dalam ekosistem BTN.
Baca Juga: Ditopang Transaksi Digital, Fee Based Income Perbankan Besar Terus Bertumbuh
Selanjutnya: TASPEN Sebut Pengawasan Tata Kelola Dilakukan Secara Berlapis oleh Berbagai Pihak
Menarik Dibaca: Cara Mengelola Keuangan yang Tepat demi Mencapai Kebebasan Finansial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News