Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca libur panjang Nyepi dan Idulfitri, pergerakan saham perbankan, terutama big caps diprediksi bakal mengalami tekanan dalam pembukaan bursa saham besok, Selasa (8/4).
Hal ini berbanding terbalik dari tren positif pergerakan saham bank menjelang libur panjang yang lalu.
Seperti diketahui, saham-saham bank besar mengalami penguatan selama sepekan sebelum libur panjang. Salah satu faktor yang mempengaruhi penguatan tersebut adalah hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), terutama pengumuman bagi dividen yang mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Jadwal Pembayaran Dividen 4 Saham Blue Chip Bank Pemerintah, Total Rp 109,9 Triliun
Untuk menyegarkan ingatan, kala itu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami kenaikan yang paling tinggi di antara bank KBMI 4 lainnya. Dalam sepekan terakhir, saham bank berlogo pita emas itu mengalami peningkatan hingga 12,55% menjadi Rp 5.200 per saham.
Adapun, peningkatan tersebut juga menandai kembalinya harga BMRI ke level Rp 5.000 per saham. Seperti diketahui, harga BMRI telah anjlok di bawah level Rp 5.000 sejak tanggal 25 Februari 2025 yang ditutup di level Rp 4.870 per saham.
Di posisi kedua ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dalam sepekan terakhir sebelum libur panjang telah menguat 10,66% menjadi Rp 4.050 per saham. Sama halnya dengan BMRI, peningkatan tersebut juga membuat BBRI kembali ke level Rp 4.000 sejak 20 Februari 2025.
Tak hanya itu, penguatan BBRI juga membuat harga saham ini hanya turun sekitar 0,74% secara year to date (ytd). Padahal, BBRI sempat anjlok hingga 17,65% secara ytd menjadi Rp 3.360 per saham pada 28 Februari 2025.
Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami kenaikan tak sebesar bank pelat merah lainnya yang masuk KBMI 4. Saham bank berlogo 46 ini hanya naik sekitar 3,92% selama sepekan sebelum libur panjang menjadi Rp 4.240 per saham.
Terakhir, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik paling sedikit dalam periode seminggu sebelum bursa tutup sekitar 1,49% menjadi Rp 8.500 per saham. Tak hanya itu, BBCA tercatat mengalami koreksi paling dalam di antara KBMI 4 lainya jika dilihat sejak awal tahun yaitu terkoreksi 12,14% ytd.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila memproyeksikan tren peningkatan tersebut tak akan berlanjut pasca libur panjang ini. Sebaliknya, Indy melihat untuk jangka pendek, saham perbankan ada tekanan dan potensi koreksi.
Baca Juga: Jelang Libur Lebaran, Begini Kinerja Saham Perbankan Besar pada Kamis (27/3)
Ia bilang sentimen dividen yang terjadi sebelumnya sudah ter-priced in oleh investor. Alhasil, sentimen yang tersisa saat ini memiliki pengaruh negatif seperti masih tidak pastinya perekonomian terutama tarif trump yang dikhawatirkan makin agresif.
Lebih lanjut, Indy melihat inflasi yang dapat meningkat dan suku bunga acuan yang masih belum pasti akan memicu tekanan jual dari asing maupun domestik. Ini sembari investor memantau kebijakan internal juga yang dapat mempengaruhi kinerja emiten perbankan.
“Sebenarnya sekarang menunggu outlook suku bunga acuan dulu. Diharapkan dengan suku bunga acuan yang turun nanti penyaluran kredit bisa lebih terjaga sehingga kinerja juga bisa pulih perlahan,” ujar Indy, Senin (7/4).
Lebih lanjut, Indy memproyeksikan BMRI dan BBNI tampaknya masih ada potensi koreksi tidak terlalu dalam jika dibandingkan bank KBMI 4 lainnya. Menurutnya, BMRI dan BBNI masih kuat secara fundamental dan valuasi juga masih bagus serta loan growth yang masih cukup terjaga.
Dalam hal ini, Indy masih menargetkan harga BMRI sampai akhir tahun bisa mencapai Rp 6.100 per saham. Sementara itu, untuk harga BBNI, Indy menargetkan harganya bisa mencapai Rp 5.175 per saham.
“Tapi untuk saham-saham ini sebenarnya masih dalam pemantauan juga jadi wait and see,” ujar Indy.
Sependapat, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi melihat secara pergerakan, saham perbankan akan terjadi tekanan di pasar dan juga capital outflow diprediksi akan kembali terjadi. Menurutnya, ini memiliki korelasi positif dengan ekonomi makro yang terjadi saat ini.
Ia pun menyoroti pengenaan tarif resiprokal AS ke Indonesia sebesar 32% yang secara tidak langsung berdampak pula pada saham perbankan. Misalnya, The Fed yang mengkhawatirkan kondisi inflasi AS yang berpotensi meningkat sehingga pemangkasan Fed Rate diperkirakan lebih sedikit dan Bank Indonesia (BI) berpotensi melakukan hal yang sama.
“Kami melihat ini akan berdampak pada demand kredit dan juga meningkatnya cost of credit,” ujarnya.
Tak hanya itu, Audi juga menyoroti kebijakan pemerintah Indonesia terkait dilakukannya penghapusan piutang untuk UMKM bermasalah. Di mana, ini akan berdampak pada pengurangan pendapatan bunga dan pokok kredit dari bank BUMN, meski disisi lain akan mengurangi beban UMKM.
“Saham rekomendasinya adalah BBCA, buy dengan target harga Rp 9.250 dan BMRI, buy dengan target harga Rp 5.450,” ujar Audi.
Selanjutnya: Dividen Jadi Pemanis Tambahan Pasca Libur Lebaran, Cermati Saham Jagoan Analis
Menarik Dibaca: Cek Gift Code Ojol The Game 7 April 2025 Terupdate Berikut Ini, yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News