Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan target ambisius bagi industri asuransi dan reasuransi syariah tahun ini, yakni pertumbuhan aset sebesar 13,2%. Namun, realisasinya masih jauh dari harapan. Per Februari 2025, aset gabungan asuransi umum dan jiwa syariah hanya naik 3,24% secara tahunan menjadi Rp43,26 triliun.
Meski demikian, PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) tetap optimistis dengan prospek industri. Presiden Direktur Prudential Syariah, Iskandar Ezzahuddin Ahmad Zulkiflee, menyebut bahwa tantangan rendahnya pertumbuhan aset bukan hanya soal target angka, tetapi juga berkaitan dengan kematangan industri yang masih tergolong baru.
“Industri asuransi syariah ini masih baru. Perusahaan kami juga baru berusia tiga tahun. Jadi, fokus pelaku industri harus dimulai dari literasi keuangan syariah yang masih sangat rendah,” ujar Iskandar saat ditemui usai acara Konferensi Pers Laporan Kinerja 2024, Kamis (8/5).
Baca Juga: Bidik Generasi Muda, Prudential Rilis Produk Asuransi PRUSehat & PRUSehat Syariah
Menurutnya, baru sekitar 39% masyarakat Indonesia yang memiliki kesadaran akan pentingnya keuangan syariah. Oleh karena itu, meningkatkan literasi menjadi fondasi penting agar pertumbuhan jangka panjang industri bisa tercapai. Iskandar juga menekankan perlunya kolaborasi lebih erat antar pelaku industri dan komunitas untuk memperluas pemahaman publik dan jangkauan proteksi.
Prudential Syariah sendiri mengandalkan strategi produk inovatif yang menjawab kebutuhan berbagai segmen masyarakat. Perusahaan meluncurkan sejumlah produk, termasuk PRUSehat Syariah yang menawarkan proteksi kesehatan, khususnya anak muda dengan biaya yang terjangkau.
Baca Juga: Ini Langkah Prudential Syariah Mendorong Literasi Keuangan Syariah
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa pertumbuhan aset tidak bisa dilepaskan dari prinsip jangka panjang industri asuransi. Komitmen nasabah terhadap produk syariah bersifat long term, sehingga perusahaan harus fokus pada relevansi dan keberlanjutan manfaat.
“Strategi kami dalam meningkatkan aset adalah memastikan kami selalu mendengarkan kebutuhan nasabah. Karena itu, kami hadir dengan produk yang bukan hanya terjangkau, tetapi juga memberikan bang for the buck,” ujarnya.
Meskipun realisasi target nasional masih tertinggal, Iskandar meyakini bahwa dengan peningkatan literasi, diversifikasi produk, dan kerja sama lintas sektor, industri asuransi syariah Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama secara global.
Baca Juga: Prudential Syariah Mengklaim Catat Kinerja Positif pada Kuartal I, Ini Alasannya
Selanjutnya: Koperasi Desa Merah Putih Akan Dilaunching 28 Oktober
Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Mengungkapkan, Investasi Ini Lebih Baik Ketimbang Emas dan Perak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News