Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana simpanan masyarakat di perbankan terus mengalami perlambatan dari kuartal ke kuartal.
Berdasarkan data Bank Indonesia, dana pihak ketiga (DPK) perbankan hanya tumbuh 6,7% secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2024, dengan total simpanan mencapai Rp 8.434,1 triliun.
Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 8,3% yoy pada Juni 2024, yang mencapai Rp 8.448,1 triliun.
Segmen deposito mencatat perlambatan paling signifikan, hanya tumbuh 5,3% yoy pada September 2024, menurun dari 7,3% yoy pada Juni 2024. Sementara itu, tabungan tumbuh 7,2% yoy, dan giro tumbuh 8% yoy pada periode yang sama.
Baca Juga: Laba BCA Naik 12,8% Menjadi Rp 41,1 Triliun Per September 2024
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6% diharapkan dapat mempengaruhi suku bunga simpanan, terutama pada segmen deposito, serta menurunkan biaya dana (cost of fund) perbankan. Namun, likuiditas dari DPK masih ketat dan belum sepenuhnya melonggar.
Direktur Distribution and Institutional Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Jasmin, menyatakan bahwa meskipun BI Rate telah turun, perubahan signifikan pada DPK belum terlihat.
"Rate masih cukup bersaing, sudah mulai ada tanda-tanda penurunan rate. Semoga Fed di bulan November dan Desember 2024 bisa menurunkan suku bunga acuan sehingga dampaknya akan terasa terhadap cost of fund," kata Jasmin kepada Kontan, Rabu (23/10).
BTN mencatatkan pertumbuhan DPK yang positif sebesar 16,48% yoy menjadi Rp 373,87 triliun per Agustus 2024, dibandingkan dengan Rp 320,95 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Simpanan Nasabah Perorangan Melambat Pada September 2024
Di sisi lain, Senior Vice President Retail Deposit Product and Solution PT Bank Mandiri Tbk, Evi Dempowati, menyatakan bahwa penurunan BI Rate belum terlalu berdampak pada perlambatan DPK di Bank Mandiri. Per Agustus 2024, DPK Bank Mandiri masih tumbuh sekitar 14% yoy, yang dinilai cukup tinggi.
Bank Mandiri berfokus pada produk dan layanan dana yang kompetitif, serta mendorong penggunaan rekening giro dan tabungan (CASA) sebagai akun transaksi melalui platform seperti Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.
"Seluruh strategi tersebut diharapkan tetap dapat menumbuhkan DPK pada Bank Mandiri," ujar Evi.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, menambahkan bahwa perlambatan DPK juga disebabkan oleh preferensi nasabah yang memilih instrumen investasi lain selain produk perbankan.
Baca Juga: Dorong Bisnis BPR dan BPRS, Jalin Hadirkan Solusi Infrastruktur Terintegrasi
"Menurut saya, mereka memindahkan sebagian dana deposito ke investasi lain seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara Ritel (ORI)," ungkap Jahja dalam konferensi pers kinerja BCA Kuartal III-2024, Rabu (23/10).
Total DPK BCA pada Kuartal III-2024 meningkat 3,4% yoy menjadi Rp 1.125 triliun, dengan kontribusi dana giro dan tabungan (CASA) mencapai 82% dari total DPK, atau tumbuh 5,2% menjadi Rp 915 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News