kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Premi asuransi kredit hanya Rp 5,78 triliun hingga paruh pertama 2020


Selasa, 22 September 2020 / 05:20 WIB
Premi asuransi kredit hanya Rp 5,78 triliun hingga paruh pertama 2020


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

“AAUI telah mengimbau underwriter asuransi anggota AAUI supaya memperhatikan asuransi kredit secara ketat. Lakukan negosiasi kepada kreditur supaya mengetahui SOP penyaluran kredit. Kedua, bila terindikasi bila tidak bisa dikontrol, maka kurangi menggarap bisnis ini,” jelas Dody.

Kendati demikian, pelaku industri masih memacu lini bisnis ini. Direktur Utama PT Asuransi Simas Insurtech Teguh Aria Djana menyatakan kinerja perusahaan ditopang oleh kinerja pada kuartal pertama 2020.

“Pertumbuhan sebenarnya terjadi di Januari hingga Maret karena produk asuransi kredit dan travel insurance sebelum berlakunya pembatasan sosial berskala besar (PSBB),” ujar Teguh.

Ia bilang sejak awal tahun hingga Mei 2020, pendapatan premi tercatat Rp 112,4 miliar. Nilai itu tumbuh 158% year on year di bandingkan Mei 2019 senilai Rp 43,5 miliar.

Baca Juga: WanaArtha Life Bahas Skema Menyehatkan Keuangan Perusahaan

PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) mulai membidik untuk memberikan asuransi terhadap kredit fintech. Pada tahap awal, Askrindo menggandeng fintech Jembatan emas.

Askrindo melihat bahwa kebutuhan masyarakat akan platform digital sangatlah besar dikarenakan trend industri 4.0 yang mengarah pada digitalisasi bisnis. Kepala Divisi Pemasaran Digital Askrindo, Ardian Brahmana bilang kehadiran fintech lending yang saat ini tengah merebak.

Potensi pasar pada fintech ini sangat besar, karena menjadi salah satu alternatif pendanaan selain perbankan.  

“Kemudahan akan platform pinjam meminjam dana secara digital ini memiliki risiko yang besar, sehingga perusahaan Asuransi masuk untuk memberikan perlindungan dalam risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan fintech,” pungkas Ardian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×