Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan mengalami peningkatan.
Tercatat per Oktober 2019 posisi NPL sudah menembus 2,73% secara gross. Pun, secara net NPL Tanah Air juga naik ke level 1,25%. Posisi ini praktis meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,66% gross dan 1,18% net.
Baca Juga: NPL Indonesia salah satu tertinggi di Asean, begini kata pengamat
Posisi NPL perbankan di bulan Oktober 2019 menjadi level paling tinggi sepanjang tahun ini. Meski begitu, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/12) meramal kredit bermasalah bakalan melandai di tahun depan. Sebab, dengan adanya peraturan PSAK 71 yang diterapkan tahun depan tentunya mitigasi risiko menjadi lebih terkendali.
Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang memprediksi di akhir tahun ini hingga tahun 2020 mendatang NPL perseroan bakal terjaga di level 1,8%-2%. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta pun mengungkap beberapa hal yang menjadi penyebab meningkatnya risiko kredit di tahun ini.
Menurut kacamatanya, faktor eksternal seperti perang dagang serta fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas telah mempengaruhi kondisi keuangan debitur. Praktis saja, hal ini membuat kemampuan membayar debitur menjadi goyah.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri optimistis ekonomi Indonesia tahun 2020 lebih positif
Namun, bank berlogo 46 ini sudah punya sederet amunisi untuk menekan risiko kredit. Antara lain dengan menerapkan early warning system untuk debitur yang diperkirakan bakal mengalami penurunan kualitas. "Kami juga lakukan restrukturisasi untuk debitur yang masih punya potensi perbaikan dan prospek usaha yang baik," ujar Herry.
Pun, untuk debitur yang sudah bermasalah, bank bersandi bursa BBNI ini akan melakukan upaya recovery berupa penjualan aset debitur bahkan mengambil langkah hukum seperti pailit atau PKPU.
Di samping itu, pihaknya juga memilih untuk fokus menyalurkan kredit ke sektor rendah risiko di tahun depan. Terutama debitur yang memiliki pengalaman atau pemain besar di masing-masing sektor industrinya. Catatan saja, per kuartal III-2019 lalu BNI mencatat NPL 1,8% secara gross, turun 20 basis poin dari periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah mencapai Rp 127,3 triliun tahun 2019 ini
Senada, PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) menargetkan di tahun ini dan tahun 2020 NPL bakal terjaga di kisaran 1,6%-1,7%. Posisi tersebut menurut Sekretaris Perusahaan Bank BJB Muhammad Asadi Budiman memang sengaja dijaga stabil.
"Kami fokus pada pertumbuhan berkualitas, terutama pada sektor-sektor yang kualitas kreditnya masih terjaga," terangnya.
Adapun, segmen dan sektor kredit yang bakal disasar antara lain kredit infrastruktur, kredit konsumsi, dan kredit yang dijamin pemerintah. Pun, untuk lebih menekan laju NPL, bank daerah terbesar ini juga akan menjadikan opsi restrukturisasi sebagai fokus utama.
Baca Juga: Bank Mandiri siap salurkan KPR FLPP sebesar Rp 400,6 miliar tahun depan
Sementara itu, di tahun depan Bank BJB meramal kredit masih akan tumbuh dua digit di level 10%-11% secara year on year (yoy).
Setali tiga uang, PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) memproyeksi NPL di tahun ini minimal akan ada di bawah 3%. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menegaskan, posisi tersebut akan lebih ditekan di tahun depan.
Asal tahu saja, per November 2019 lalu NPL Bank Jatim masih tercatat 3,03%. Nah, di tahun 2020 mendatang bank bersandi saham BJTM ini memastikan NPL akan lengser hingga ke level 2,4%.
Baca Juga: Indonesia Infrastructure Finance targetkan pembiayaan Rp 14,5 triliun pada tahun 2020
Pasalnya, perseroan saat ini sudah mulai mengurangi penyaluran kredit ke segmen komersial yang punya NPL tinggi. "Untuk korproasi, kami akan fokus ke sektor pemerintah dan lebih selektif berikan kredit ke sektor swasta," tegasnya.
Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini juga akan lebih berhati-hati memberikan kredit ke sektor komoditas yang punya tren NPL tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News