Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Edy Can
BUKITTINGGI. Mayoritas transaksi masih menggunakan uang kartal (cash). Vice President Electronic Banking Group PT Bank Mandiri Tbk Budi Hartono mengatakan, sekitar 85% transaksi masih menggunakan uang kartal. Sementara 8% menggunakan kartu dan sisanya dalam bentuk lain.
Nilai transaksi uang tunai sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai US$ 425 miliar. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan transaksi tunai negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Di Singapura, transaksi tunai mencapai 39% sementara Malaysia mencapai 42%.
Budi mengatakan, tingginya transaksi tunai ini kurang menguntungkan karena berkorelasi dengan shadow economy atau pasar gelap (black market) dan tindakan ilegal seperti korupsi. "Contohnya banyak tersangka korupsi yang saat tertangkap tangan banyak pegang bank note S$ 10.000. Transaksi tunai kan tidak bisa tercatat oleh bank," jelasnya.
Oleh karena itu, Bank Mandiri mulai melaksanakan revolusi dompet yakni mengkonversikan transaksi cash menjadi e-money. "Mau money laundrying juga tidak efisien. Karena maksimal saldo hanya Rp 1 juta," jelasnya.
Untuk tahap awal, Bank Mandiri melakukan edukasi. Setelah kalangan masyarakat melek akan banyaknya manfaat electronic banking, Bank MandiriĀ kemudian mulai mengajarkan untuk menabung. Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan jumlah nasabah perbankan. "Ini salah satu visi kami, dengan electronic banking sebagai lokomotif pengembangan bisnis ke depan," katanya.
Budi mengakui banyak tantangan untuk mewujudkan visi tersebut. Mulai dari kebutuhan modal yang banyak jika ingin membuka kantor cabang guna meningkatkan jumlah nasabah hingga infrastruktur pembayaran. "Oleh karena itu, solusinya electronic banking ini," imbuhnnya.
Sebelumnya, Budi menjelaskan, pihaknya ingin menjadi leader di domestik regional pada tahun 2020. Harapan tersebut hanya dapat dicapai dengan memiliki market cap yang besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News