Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
Nixon L.P. Napitupulu, Wakil Direktur Utama BTN mengatakan, proses akuisisi ini tidak terlalu rumit karena perusahan tersebut sudah tidak memiliki operasional lagi.
"Ini bisa dibilang kosongan karena sudah lama tidak dipakai karena memang hanya butuh cangkang saja. Lantaran tidak ada isu operasional dan portofolio yang harus membutuhkan due diligence. Nilainya pun tidak mahal hanya sekitar Rp 5 miliar-Rp 6 miliar," kata Nixon, Kamis (9/9).
Modal ventura ini akan menjadi modal BTN bisa membentuk anak usaha tekfin properti yang ditujukan untuk mengembangkan satu platform digital properti. Modal ventura ini juga nantinya akan mengakuisisi platform berbasis digital lain seperti fintech.
Sedangkan untuk asuransi jiwa, perseroan menjajaki tiga perusahaan tetapi sudah mengarah pada satu perusahaan. Nixon bilang, perusahaan itu masih merupakan bagian dari BUMN.
Baca Juga: Perluas pasar, BTN genjot penyaluran KPR ke segmen menengah atas
Penjajakannya belum terlalu mengerucut sehingga diperkirakan akuisisi tersebut kemungkinan baru bisa terealisasi tahun 2022. "Ini masih kami bahas dengan DPR dan mungkin tidak akan terkejar tahun ini," jelasnya.
PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga membuka peluang untuk melakukan ekspansi secara anorganik untuk menumbuhkan bisnis ritel. Perseroan melihat potensi bisnis di segmen ini masih besar karena masyarakat Indonesia yang belum dapat akses layanan financial masih besar dan saat ini banyak digarap oleh fintech.
Untuk mengakses kelompok masyarakat ini, Bank Permata selama ini banyak melakukan kolaborasi dengan fintech. "Kalau ada peluang untuk kita tumbuh secara anorganik, kita akan coba eksplorasi. Semua kesempatan adalah sesuatu yang memungkinkan untuk tujuan meningkatkan skala bisnis ritel," kata Direktur Retail Bank Permata Djumariah Tenteram dalam paparan virtual, Selasa (14/9).
Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk belum memiliki rencana untuk melakukan akuisisi.
"Sampai saat ini belum ada rencana ekspansi anorganik di segmen ritel," kata Lani Darmawan Direktur Konsumer CIMB Niaga.
Verra Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, belum ada rencana melakukan ekspansi anorganik karena tahun lalu perseroan baru merampungkan akuisisi dua bank yakni Bank Royal yang kini bertranformasi menjadi BCA Digital dan Rabobank Indonesia yang kini sudah dimerger dengan BCA Syariah.
"Saat ini fokus BCA adalah terus mengembangkan kapabilitas digital dalam melayani nasabah terutama untuk meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi," kata Vera, Rabu (15/9).
Selain terus mempertajam fitur applikasi BCAmobile dan internet banking (klikBCA), BCa juga melakukan beberapa inisiatif digital lainnya. Perseroan meluncurkan aplikasi myBCA sebagai langkah awal pengembangan superapps. Platform myBCA menggunakan single ID basis yang nantinya akan terkoneksi dengan beragam produk internal BCA maupun produk eksternal dari kolaborasi dengan pemain fintech/e-commerce.
Kedua, mengembangkan merchantBCA apps, yaitu aplikasi untuk nasabah yang ingin menjadi merchant BCA. Melalui merchantBCA apps, lanjut Vera, nasabah dapat mengajukan permohonan EDC, QRIS secara 24/7, monitor real-time EDC dan transaksi QRIS lewat Dashboard dan mengunduh daftar transaksi historis.
Selanjutnya: Tertarik dengan saham bank digital? Simak rekomendasi analis berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News