Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance telah merilis kinerjanya di semester I-2024. Dari sejumlah perusahaan yang telah merilis kinerjanya, setidaknya ada empat perusahaan yang mencatat penurunan laba bersih.
Laba bersih PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) merosot 80,26% di paruh pertama tahun ini. Perusahaan multifinance ini hanya memperoleh laba bersih sebesar Rp 128,21 miliar di sepanjang semester I-2024. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2023, laba CFIN mampu menyentuh angka Rp 649,65 miliar.
Melansir laporan keuangan Clipan Finance (unaudited), pada laman Bursa Efek Indonesia yang dirilis Kamis (25/7), penyebab penurunannya dimulai dari jumlah pendapatan yang juga menurun dari tahun lalu.
Baca Juga: Laba Adira Finance (ADMF) Turun 6,5% di Semester I-2024
Tercatat pada semester I-2024 jumlah pendapatan CFIN senilai Rp 922,64 miliar. Jumlah tersebut menurun 33,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,39 triliun.
Penurunan pendapatan ini terutama tampak pada pendapatan lain-lain yang turun 71,98%. Di semester pertama tahun lalu, CFIN mencatat penerimaan kembali piutang yang dihapus buku senilai Rp 586,23 miliar. Sedangkan di semester pertama tahun ini, penerimaan kembali piutang yang dihapus buku hanya sebesar Rp 25,29 miliar.
Kemudian, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) mencatat penurunan laba periode berjalan sebesar 6,5% yoy menjadi Rp 765,19 miliar hingga semester I-2024. Pada periode sama tahun lalu, laba ADMF tercatat Rp 818,45 miliar.
Total pendapatan ADMF tercatat meningkat 11,11% menjadi Rp 5 triliun hingga semester I-2024. Sumber pendapatan ADMF diantaranya dari pendapatan pembayaran konsumen yang meningkat 6,57% menjadi Rp 3,14 triliun. Kemudian, pendapatan margin murabahah naik 12,75% menjadi Rp 802,85 miliar.
Lalu, pendapatan dari sewa pembiayaan senilai Rp 114,41 miliar, melesat 76,23% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 64,92 miliar. Terakhir pendapatan lain-lain yang juga meningkat 18,4% menjadi Rp 945,62 miliar.
PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 19,16% pada semester I-2024, menjadi Rp 685,79 miliar dibandingkan dengan Rp 848,39 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan laba ini disebabkan oleh penurunan pendapatan BFIN yang tercatat sebesar Rp 3,10 triliun pada semester I-2024, turun dari Rp 3,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada semester I-2024, BFIN mencatat pembiayaan baru sebesar Rp 9 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono, menyatakan bahwa hingga Juni 2024, piutang pembiayaan yang dikelola mencapai Rp 22,4 triliun, dengan 57,5% di antaranya berupa pembiayaan produktif untuk modal kerja.
Baca Juga: Pembiayaan BFI Finance (BFIN) Tembus Rp 9 Triliun, Kontribusi Terbesar Kendaraan
Rincian pembiayaan menunjukkan dominasi pembiayaan kendaraan bermotor, yang mencakup 76,3% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 14,9%, pembiayaan beragun sertifikat properti 4,4%, dan pembiayaan lainnya termasuk pembiayaan syariah yang tumbuh sebesar 39,2% secara tahunan.
Kontribusi penyaluran piutang pembiayaan ini meningkatkan total aset BFIN menjadi Rp 24,3 triliun, naik 0,5% secara kuartalan, didukung oleh pembiayaan baru sebesar Rp 9 triliun.
"Berbagai faktor seperti pemilu, Ramadan, hari-hari besar, dan faktor geopolitik mempengaruhi daya beli dan kinerja perusahaan selama semester I-2024. Untuk mengatasi hal ini, BFIN menyalurkan pembiayaan dengan lebih selektif dan melakukan diversifikasi produk guna menjaga kualitas portofolio kredit," ujar Sudjono dalam keterangan resminya, Jumat (26/7).
Profil risiko BFI Finance tetap terkendali dengan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) bruto sebesar 1,47% dan neto sebesar 0,29% per Juni 2024, turun 50 basis poin dibandingkan dengan Juni 2023.
"Adapun cakupan penyisihan tercatat sebesar 2,6 kali NPF bruto Perusahaan dan net gearing ratio masih menunjukkan tren positif, yakni 1,2x atau jauh di bawah batas maksimum sepuluh kali,” tambah Sudjono.
Sementara itu, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) mencatatkan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 11,66% di semester I-2024 menjadi Rp 213,36 miliar. Nilai ini menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 241,54 miliar.
Jumlah pendapatan Mandala Finance terjadi peningkatan 3,55% menjadi senilai Rp 1,134 triliun. Jumlah pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat senilai Rp 1,09 triliun. Pendapatan Mandala Finance terdiri dari pembiayaan konsumen yang senilai Rp 1,09 triliun, kemudian pendapatan bunga sebesar Rp 22,47 miliar, dan lain-lain senilai Rp 21,86 miliar di semester I-2024.]
Director Mandala Finance Christel Lasmana menjelaskan, meskipun nilai laba yang diperoleh perusahaan terbilang menurun dibandingkan periode yang sama sebelumnya, ia melihat hal ini merupakan peluang untuk memperkuat strategi perusahaan.
"Sejalan dengan outlook positif dari OJK, kami optimistis dengan proyeksi pertumbuhan dua digit dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat hingga akhir tahun ini," ujar Christel kepada Kontan.co.id, Selasa (30/7).
Baca Juga: Multifinance Bakal Ramai Merilis Obligasi
Untuk mencapai target laba hingga akhir 2024, Christel menyebut, pihaknya terus melakukan berbagai inisiatif strategis, yaitu fokus pada peningkatan penyaluran pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian, diversifikasi portofolio bisnis, dan digitalisasi di berbagai lini usaha.
Seperti juga salah satunya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kolaborasi dengan MUFG Group, untuk memperluas layanan kepada pelanggan kami yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Kami optimistis bahwa langkah-langkah ini akan membantu kami mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperkuat posisi kami di industri," kata Christel.
Emiten pembiayaan berkode MFIN ini mencatakan jumlah beban senilai Rp 866,55 miliar, angka ini meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sam tahun sebelumya senilai Rp 793,46 miliar.
Hingga 30 Juni 2024, Mandala Finance mencatat jumlah aset senilai Rp 6,29 triliun, menurun dibandingkan posisi per 31 Desember 2023 sebesar Rp 6,66 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News