Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua calon bank digital yaitu platform yaitu Bank Digital BCA dan Bank Jago bakal membidik segmen ritel dan UMKM. Bermodalkan teknologi tinggi, persaingan di segmen tersebut bakal makin ketat.
Bank Digital BCA transformasi dari PT Bank Royal Indonesia misalnya bakal menggarap segmen kredit yang selama ini bukan menjadi fokus induknya yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Baca Juga: Sektor perbankan Indonesia dikuasai asing? Ini kata OJK
“BCA telah merampungkan akuisisi pada April 2020, dan rencananya akan fokus untuk mengembangkan segmen ritel dan UMKM, dan tentunya dilakukan secara digital,” kata EVP Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn kepada Kontan.co.id, Kamis (9/7).
Targetnya Bank Digital BCA bisa meluncur pada semester kedua tahun ini. Sayangnya, Hera masih enggan membocorkan waktu peluncuran pastinya. Meski demikian, kini diakui Hera semua infrastruktur telah disiapkan, pun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutnya telah telah memberi restu operasi.
Di sisi lain dari aspek penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja sebelumnya pernah menjelaskan, sebagai bank digital biaya operasional bisa ditekan sehingga bisa menawarkan bunga simpanan yang lebih tinggi dibanding pasar. Ia juga mengaku Bank Digital BCA tak akan melakukan ekspansi kantor cabang.
Sebagai informasi, proses akuisisi Bank Royal dimulai sejak akhir tahun lalu. BCA kala itu merogoh kcek Rp 988 miliar. Awal tahun lalu, BCA juga kembali menambah modal Rp 1 triliun biar Bank Royal bisa naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2. Kini modal inti Bank Royal senilai Rp 1,3 triliun.
Baca Juga: Pandemi corona bikin aksi akuisisi bank oleh investor asing kian ramai?
Strategi serupa juga bakal diterapkan oleh PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sebelumnya bernama PT Bank Artos Indonesia. Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menargetkan platform digital perseroan bisa meluncur sebelum kuartal IV 2020.
“Saat ini kami tengah merampungkan bisnis model dan menyempurnakan aplikasi yang akan kami luncurkan sebelum kuartal IV-2020. Seiring berjalannya bisnis model Bank Jago, indikator kinerja perseroan saat ini tentunya nanti akan ikut berubah,” katanya dalam paparan publik virtual, Kamis (9/7).
Kharim bilang, segmen ritel dan UMKM juga bakal dibidik perseroan sebagai fokus bisnisnya kelak. Di segmen ritel alasannya karena penetrasi pengguna teknologi di Indonesia kini makin melejit. Adapun UMKM ditargetkan arena potensinya yang belum tergarap optimal.
Dua segmen ini akan dielaborasi perseroan dengan strategi kerja sama di sejumlah platform ekosistem digital. Mulai dari pasar daring, aplikasi penyedia jasa transportasi, industri pariwisata, toko daring, hiburan hingga pembayaran digital. Khusus untuk ekspansi pembiayaan Bank Jago bakal mengandalkan kerja sama dengan sejumlah pelaku teknologi finansial (Tekfin).
Baca Juga: Bertransformasi, Bank Jago siapkan strategi digital
“Secara ticket size, targetnya cukup variatif. Yang pasti kita tidak akan masuk ke segmen yang besar-besar, mungkin kisaran puluhan juta hingga beberapa miliar Rupiah,” sambung Kharim.
Seperti Bank Digital BCA, Bank Strategi digital juga dipilih perseroan setelah kedatangan investor anyar. Tahun lalu Jerry Ng, dan Patrick Walujo melalui PT Metamorfosis Indonesia (MEI), dan Wealth Track Technology (WTT) mengakusisi Bank Artos.
April lalu perseroan juga baru merampungkan proses penambahan modal Rp 1,3 triliun. Dengan tambahan modal ini, kini perseroan telah bercokol di bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 dengan ekuitas Rp 1,3 triliun dan aset senilai Rp1,8 triliun per April 2020.
Baca Juga: Ada stimulus pemerintah, kredit modal kerja perbankan akan tumbuh lebih tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News