Reporter: Adrianus Octaviano, Avanty Nurdiana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank digital telah memiliki daya tarik sendiri bagi para investor untuk mencicipi industri perbankan tanah air. Meski, beberapa strategi perlu dilakukan agar bank digital ini mampu menyaingi dominasi bank konvensional saat ini.
Seperti diketahui, PT Astra International Tbk (ASII) bakal meluncurkan bank digital baru miliknya bernama Bank Saqu awal pekan ini. Di mana, Astra lebih memilih menjadikan PT Bank Jasa Jakarta yang diakuisisi akhir tahun lalu sebagai bank digital dibandingkan menjalankan bisnis bank konvensional yang pernah dilakukan konglomerasi tersebut beberapa tahun silam.
Memang, saat ini pemain bank digital masih bisa dihitung dengan jari. Hanya saja, itu tak semerta-merta membuat bank digital memiliki ruang besar karena perlu diingat bahwa bank konvensional pun telah ramai-ramai melakukan tranformasi digital melalui aplikasi buatannya.
Sebagai contoh, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang memiliki aplikasi digital bernama Livin’. Secara kinerja, aplikasi ini pun mampu mencatatkan kinerja yang terbilang cukup positif.
Baca Juga: Bank Sumsel Babel Targetkan Penyaluran Kredit Tumbuh hingga 10% Sampai Akhir Tahun
Livin’ telah diunduh lebih dari 32 juta kali dengan jumlah pengguna aktif mencapai 21 juta pengguna, tumbuh 55% secara year on year (YoY) pada September 2023. Tak hanya itu, aplikasi bank berlogo pita emas ini telah mampu mengelola lebih dari 2,02 miliar transaksi per akhir September 2023, melesat 50% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, aplikasi Livin’ juga telah menjadi salah satu sarana bagi Bank Mandiri untuk menyalurkan kredit. Di periode yang sama, pertumbuhan payroll loan Bank Mandiri melalui aplikasi tersebut telah tumbuh enam kali lipat secara tahunan.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga memiliki aplikasi digital yang memiliki kinerja positif di sembilan bulan pertama tahun ini. BCA menjadikan aplikasi miliknya tersebut untuk menjaring dana murah baru dengan mempermudah pembukaan akun rekening.
Per September 2023, BCA telah mencatat pembukaan akun secara online melalui BCA Mobile mencapai 3,49 juta akun. Capaian tersebut mengalami peningkatan 13% secara tahunan.
Di sisi lain, nilai transaksi maupun volume transaksi dari mobile dan internet banking BCA juga kompak mengalami pertumbuhan. Nilai transaksi naik 9% YoY menjadi Rp 18.44 triliun dan volume transaksi naik 30% YoY menjadi 18,7 miliar.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat bank konvensional pun umumnya sudah memanfaatkan IT saat ini. Sementara, bank digital yang menjadi simbol bank masa depan malah menjalankan model bisnis yang relatif sama saja yaitu mengandalkan NIM atau spread.
“Sementara fee-based income masih menjadi supporting,” ujar Budi.
Baca Juga: Begini Strategi Bank Jago Hadapi Persaingan Bank Digital
Budi sejatinya berharap bank-bank yang menamai diri sebagai bank digital ini mampu meningkatkan fee based income dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak fintech dan e-commerce.
Dalam hal ini, ia menyarankan bank digital ini untuk memperbesar ekosistem yang dimiliki. Dengan catatan, bank ini tidak hanya memperbesar tetapi dibuat eksklusif milik mereka
“Perlu customer yang tidak bisa ditiru atau dimiliki bank lain alias eksklusif milik mereka,” ujar Budi.
Memang, ekosistem yang spesifik dan eksklusif terbukti mampu membuat bank digital memiliki kinerja yang baik. Ambil contoh, PT Bank Seabank Indonesia (Seabank) yang secara khusus melayani ekosistem salah satu e-commerce, Shopee.
Pada periode Januari hingga September 2023, Seabank mampu mencatat pertumbuhan laba hingga 1485,43% YoY menjadi Rp 220,89 miliar. Itu ditopang dengan pertumbuhan pendapatan non bunga, yang salah satu penunjangnya adalah fee based income, mencapai 215,96% yoy menjadi Rp 320,68 miliar.
Seabank pun mampu menjadi bank digital dengan aset terbesar mencapai Rp 30.81 triliun di periode tersebut. Di mana, bank tersebut juga mampu menumbuhkan dana nasabah senilai Rp 23,35 triliun atau naik 18,21% YoY.
Ada juga PT Bank Jago Tbk yang selama ini banyak banyak melakukan kolaborasi dengan ekosistem terbesarnya, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Bank ini pun mampu menjaring dana nasabah mencapai Rp 10,3 triliun atau tumbuh 48,58% YoY.
Head of Consumer Business Customer Value Management Bank Jago Irene Santoso berharap ke depan, pertumbuhan jumlah nasabah, transaksi dan dana pihak ketiga bisa tumbuh sepesat di tahun ini.
Bank tersebut pun optimisti mampu menghadapi persaingan bank digital yang semakin ramai. Meski, Irene menyebut tidak akan hanya mengejar jumlah nasabah karena itu tidak menjamin loyalitas dari nasabah.
“Menurut kami, bunga deposito dengan 5% dan bunga tabungan di 3,75% cukup bersaing dengan yang lain. Itu pun sudah kami adjust dengan kenaikan suku bunga saat ini," kata Irene.
Sementara itu, bank digital yang dimiliki bank besar seperti PT Bank Digital BCA (BCA Digital) juga tampaknya akan memanfaatkan ekosistem yang dimiliki. Mengingat, BCA Digital ini masuk dalam salah satu konglomerasi besar yaitu Grup Djarum.
BCA Digital menjadi bank digital milik bank besar dengan catatan kinerja paling apik karena mampu membalikkan kerugian menjadi laba di sembilan bulan pertama tahun ini. Laba bank tersebut tercatat senilai Rp 11.35 miliar atau naik 162,2% secara tahunan (YoY)
Tak hanya itu, jumlah DPK dari bank tersebut juga tercatat tumbuh signifikan mencapai 48,29% menjadi Rp 8,56 triliun. Sementara, penyaluran kredit di Januari 2023 hingga September 2023 tumbuh 113,62% YoY mencapai Rp 4.46 triliun.
Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menyadari pemain bank digital ini akan terus tumbuh sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Hanya saja, itu bisa menjadi momentum Bank Digital untuk berlomba menyediakan produk dan layanan yang berkualitas sesuai kebutuhan.
“Trust atau kepercayaan adalah kunci untuk dapat meyakinkan nasabah kami agar mereka merasa aman dan nyaman untuk menabung dan bertransaksi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News