kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Begini Strategi Bank Jago Hadapi Persaingan Bank Digital


Minggu, 19 November 2023 / 15:05 WIB
Begini Strategi Bank Jago Hadapi Persaingan Bank Digital
ILUSTRASI. Bank Jago mengaku akan terus melakukan inovasi dan menggaet dari ekosistem yang ada. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - MEDAN. PT Bank Jago Tbk percaya diri menghadapi persaingan bank digital yang semakin ramai. Kolaborasi dengan ekosistem Goto Gojek Tokopedia membuat bank digital ini yakin masih akan mempertahankan pertumbuhan bisnis di tahun depan. 

Head of Consumer Business Customer Value Management Bank Jago Irene Santoso berharap ke depan, pertumbuhan jumlah nasabah, transaksi dan dana pihak ketiga bisa tumbuh sepesat di tahun ini. Hingga Oktober 2023, jumlah nasabah Bank Jago mencapai 9,6 juta. Dimana 7,6 juta nasabah aktif menggunakan aplikasi Bank Jago. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah nasabah Bank Jago mencapai 5,5 juta nasabah. "Kami berharap pertumbuhan di tahun depan bisa setinggi-tinggi sama seperti tahun ini," terang dia. 

Hingga akhir September 2023, DPK Bank Jago mencapai Rp 10,3 triliun, tumbuh 41% secara tahunan dari posisi akhir September 2022 di Rp 7,3 triliun. Meski begitu, porsi DPK Bank Jago masih didominasi oleh current account saving account (CASA) 73%, sedangkan sisanya merupakan deposito sebesar 27%. 

Baca Juga: Mencermati Kinerja Bank Digital

Untuk mengerek pertumbuhan nasabah dan DPK, Bank Jago mengaku akan terus melakukan inovasi. "Kami selalu mendengarkan apa kata nasabah. Sehingga apa inovasi yang perlu ditambah akan sesuai dengan kebutuhan mereka," papar Irene. 

Irene menambahkan, Bank Jago tidak hanya mengejar jumlah nasabah atau pertambahan jumlah DPK. Ke depan, lebih fokus pada bisnis yang sustainabilty nasabah. Sebab pernah pada masa mengikuti pola gimmick untuk mengejar jumlah nasabah dan DPK tidak menjamin loyalitas dari nasabah. 

"Menurut kami, bunga deposito dengan 5% dan bunga tabungan di 3,75% cukup bersaing dengan yang lain. Itu pun sudah kami adjust dengan kenaikan suku bunga saat ini," kata Irene. 

Ke depan, Bank Jago bakal lebih banyak melakukan kolaborasi dengan ekosistem yang ada. Terbaru, Bank Jago meluncurkan Gopay Tabungan kerjasama dengan Goto Financial. Layanan yang memberi bunga sebesar 2,5% ini telah memiliki lebih dari 300.000 nasabah. 

"Kami tetap akan menambah mitra baru. Tidak hanya dari ekosistem yang sudah ada tapi bisa juga menambah ke ekosistem yang baru. Tapi dengan cara lebih terstandarisasi dan terukur," ucap Irene. 

Tak hanya itu, Bank Jago akan menyalurkan direct lending. "Selama ini, kami menyalurkan kredit melalui partner. Mudah-mudahan ke depan, doakan kami bisa meluncurkan direct lending," jelas dia. 

Baca Juga: BI Rate Naik Jadi 6%, Bank Jago (ARTO) Mulai Kerek Bunga Deposito

Hingga September 2023, Bank Jago telah menyalurkan kredit mencapai Rp 10,9 triliun, tumbuh 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 8,2 triliun. Sementara rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross di level 1,2%.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin menambahkan, persaingan bank digital memang tidak bisa dihindari. Peluang pasar yang cukup besar di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Karena itu menurut dia, inovasi yang berkelanjutan seharusnya terus dilakukan oleh bank digital. 

Faktor lain yang menurut Amin harus dilakukan oleh agar tetap bersaing adalah memiliki tata kelola yang terukur. "Jadi siapa yang dibalik suatu bank biasanya cukup mempengaruhi pola tata kelola," ujar Amin. 

Amin juga menyarankan, bank bisa bersaing adalah dengan masuk ke model bisnis yang belum dimasuki oleh pemain lain. Sebab menurut dia, selama ini banyak bank digital yang memanfaatkan ekosistem yang sudah ada atau kalau bank konvensional yang masuk bank digital memanfaatkan nasabah yang sudah ada. "Istilahnya jeruk makan jeruk," kata dia. 

Padahal, menurut Amin, kalau ingin berkembang peluang dari unbankable itu yang harus dirangkul. Meski memang dia tidak memungkiri risikonya cukup besar. Peluang lain yang menarik adalah segmen korporasi yang mana risikonya terukur dan sudah single ID. 

Baca Juga: Belum Sebulan GoPay Tabungan Meluncur, Bank Jago Sudah Jaring 100.000 Nasabah Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×