Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham perusahaan teknologi mulai bangkit dalam beberapa minggu terakhir. Namun, saham-saham bank digital tetap belum ada taringnya.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dalam beberapa pekan terakhir telah bangkit setelah merosot tak lama setelah IPO. Berdasarkan RTI, saham GOTO pada penutupan perdagangan Jumat (3/6) naik 2,9% ke level Rp 354 dan dalam sebulan terakhir sahamnya sudah naik 30%. Saham Bukalapak.com ditutup koreksi 0,6% ke level Rp 304, tetapi dalam sepekan terakhir telah naik 7,8%.
Sementara saham-saham bank digital belum menunjukkan tren kenaikan, kecuali saham PT Bank Jago Tbk (ARTO). Saham bank ini ditutup naik 0,5% ke level Rp 9.000 dan dalam sepekan terkahir sudah naik 17,3%.
Saham ARTO mulai bangkit pada pertengahan Mei lalu setelah terjun bebas dari level tertingginya di bulan Februari. Sepanjang tahun ini (year tod date), ARTO telah tergerus 43,7%.
Baca Juga: BCA Digital Perkirakan Biaya Promosi Tahun Ini akan Meningkat 20%
Saham bank digital lainnya masih melempem. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) ditutup turun 1,1% ke level Rp 4.400. Sepekan terakhir, saham bank milik CT Group ini terkoreksi 7,8% dan dalam tiga bulan telah anjlok 21,1%, meski sepanjang tahun masih tercatat naik 11,2%.
Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) ditutup turun 6,2% YoY ke level Rp 1.295 dan sepanjang tahun ini telah tergerus 50,8%.
PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) ditutup stabil di level Rp 910. Sepanjang tahun ini, saham anak usaha BRI ini merosot 49,7%. Saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) ditutup stabil di level Rp 2.020 telah terkoreksi 11,8% sepanjang tahun ini.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus melihat, bank-bank digital yang akan bertahn dan terus berkembang maju adalah yang punya ekosistem.
"Bank yang punya ekosistem ini akan bertahan dari volatilitas pasar dan ketidakpastian akan sentiment, serta memiliki peluang untuk bangkit dengan cepat di masa mendatang," katanya pada Kontan.co.id, Jumat (3/6).
Menurutnya, prospek saham masih akan positif ke depan. Tetapi dalam jangka pendek akan tertekan di tengah kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Nico melihat ARTO masih menarik. Namun, keputusan untuk membeli dan menjual harus dikembalikan kepada target para pelaku pasar atau investor. "Sejauh ini, selain ARTO, saya belum melihat ada yang bagus saham bank digital," ujarnya.
Bank Digital Gelontorkan Biaya Promosi Besar
Tahun-tahun pertama bagi bank yang bertransformasi menjadi bank digital diwarnai dengan aksi promosi besar-besaran. Layaknya bank baru, bank digital memang harus adu strategi memperkenalkan diri ke masyarakat sehingga pada akhirnya bisa memikat para calon nasabah.
PT Bank BCA Digital yang baru meluncurkan aplikasi digital Blu pada Juli 2021 juga gencar melakukan promosi. Anak usaha BCA ini menjalankan operasionalnya bisnisnya lewat aplikasi tersebut.
Lanny Budiati Direktur Utama BCA Digital mengatakan, biaya promosi yang digelontorkan perseroan pada tiga bulan pertama tahun ini belum begitu besar karena aplikasi Blu masih cukup baru. Dia memperkirakan biaya promosi akan semakin meningkat sampai akhir tahun.
"Hingga akhir tahun 2022, diperkirakan akan ada kenaikan sekitar 20% dibandingkan dengan total Biaya Promosi tahun lalu, yang mana akan kita optimalkan pemakaiannya dengan efisien," kata Lanny pada Kontan.co.id, Jumat (3/6).
Sebagai Bank Digital baru, kata Lanny, hingga saat ini BCA Digital memfokuskan program promosi untuk branding dan akuisisi customer.
Baca Juga: Jaring Nasabah, Bank Digital Gelontorkan Biaya Promosi Besar
Berdasarkan laporan keuangan BCA Digital kuartal I 2022, perseroan tercatat telah mengeluarkan biaya promosi sebesar Rp 28,4 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Itu meningkat 74,4% secara year on year (YoY). Adapun tahun 2021, biaya promosi bank ini mencapai Rp 72,1 miliar.
Biaya tenaga kerja BCA Digital juga melonjak 180,4% YoY jadi Rp 26,6 miliar. Total beban perseroan selain bunga mencapai Rp 71,68 miliar. Sementara pendapatan bunga bersihnya hanya Rp 49 miliar. Alhasil, bank ini menanggung rugi Rp 22,5 miliar, naik dari rugi Rp 5,6 miliar pada tiga bulan pertama tahun lalu.
Secara promosi bunga simpanan, BCA Digital tak segencar bank digital lainnya. Sejak tahun lalu, bank ini hanya menawarkan bunga simpanan paling tinggi 4%.
BCA digital tidak menetapkan target secara spesifik kapan akan membukukan untung. Lanny mengatakan, pihaknya saat ini lebih fokus meningkatkan customer-based yang berkualitas dan mengembangkan produk-produk yang menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat serta menghasilkan pendapatan.
Selain itu, BCA Digital juga fokus meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan untuk para nasabah dalam bertransaksi melalui pengembangan layanan, infrastruktur, dan produk blu beserta ekosistem digitalnya.
"Seiring dengan kokohnya fundamental perusahaan, dan meningkatnya kepercayaan serta jumlah nasabah BCA Digital, kami yakin profit dan keberlanjutan perusahaan akan dapat tercapai dengan baik." pungkas Lanny.
PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) menggelontorkan biaya promosi sebesar Rp 155,1 miliar pada kuartal I tahun ini atau naik 16,6% YoY. Sepanjang 2021, biaya promosi perseroan mencapai Rp 535,9 miliar, naik dari Rp 9,7 miliar tahun sebelumnya.
BNC tercatat jadi salah satu bank digital yang cukup gencar memberikan program promo bunga deposito. Tak tanggung-tanggung, bunganya bahkan mencapai 8% per tahun untuk pengguna baru. Sedangkan bunga simpanan yang dijamin LPS saat ini hanya 3,5%.
Total beban BNC selain bunga mencapai Rp 611,5 miliar di tiga bulan pertama, melonjak 441% YoY. Selain biaya promosi, biaya tenaga kerja bank ini juga naik signifikan. Pendapatan bunga bersihnya dan FBI juga meningkat signifikan namun belum bisa menutup kenaikan beban yang harus ditanggung.
Net Interest Income (NII) BNC naik 214% YoY jadi Rp 197,9 miliar dan FBI naik dari Rp 3,7 miliar ke Rp 86,3 miliar. Sehingga perseroan merugi Rp 416,7 miliar di kuartal I, naik dari rugi 50,2 miliar pada triwulan yang sama tahun lalu.
Sementara beban promosi PT Bank Seabank Indonesia tidak terlalu besar. Di tiga bulan pertama tahun ini, perseroan hanya mengeluarkan Rp 6,7 miliar. Biaya promosi sudah dikeluarkan tahun 2021 dan 2020 masing-masing Rp 272 miliar dan 242 miliar.
SeaBank tercatat tumbuh cukup pesat. Bank ini sudah mencatat laba tipis pada kuartal I tahun ini yakni 231 juta meskipun beban tenaga kerjanya naik signifikan 111% YoY. Pada triwulan I tahun lalu, bank ini masih rugi Rp 50,25 miliar.
Beban PT Bank Jago Tbk masih meningkat. Perseroan mengeluarkan biaya promosi Rp 28,87 miliar, naik dari Rp 5,7 miliar pada kuartal I 2021. Beban tenaga kerjanya mencapai Rp 65,7 miliar, naik 66% YoY. Adapun sepanjang tahun 2021, biaya promosi bank ini mencapai Rp 101,5 miliar.
Baca Juga: Berkat Transformasi Digital, Transaksi Remitansi BNI Melonjak
Namun, Bank Jago sudah membukukan untung selama tiga bulan pertama tahun ini sebesar Rp 18,9 miliar, dari sebelumnya rugi Rp 38,13 miliar. Ini lantaran pendapatan bunga bersih meningkat signifikan dari Rp33,4 miliar jadi Rp 316,3 miliar.
Allo Bank yang baru meluncur bulan lalu baru mengeluarkan biaya promosi Rp 372 miliar. Sementara pendapatan bunga bersih bank yang semula bernama Bank Harda ini naik dari Rp 22,9 miliar jadi Rp 80,3 miliar. Beban yang ditanggung belum besar sehingga perseroan masih mencatat laba bersih Rp 75 miliar, naik dari Rp 8,8 miliar pada kuartal I tahun lalu.
Bank Aladin hanya mengeluarkan biaya promosi Rp 4,5 miliar, naik dari Rp 101 juta pada triwulan pertama tahun lalu. Bank yang baru meluncurkan aplikasi digitalnya akhir 2021 ini memang belum melakukan promosi besar-besaran. Beban terbesar bank ini masih dari sisi tenaga kerja sebesar Rp 29,5 miliar.
Sebagai bank yang baru beroperasi, pendapatan Bank Aladin masih minim yakni hanya Rp 4,9 miliar pada tiga bulan pertama ini. Sehingga perseroan mencatat rugi Rp 49,3 miliar di periode tersebut.
PT Bank Raya Indonesia Tbk juga belum melakukan promosi besar-besaran. Itu tercermin dari biaya promosi yang digelontorkan di tiga bulan pertama tahun ini yakni hanya 5,96 miliar. Itu naik dari Rp 1,8 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Perseroan mengantongi laba bersih Rp 47,7 miliar selama periode itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News