Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren pertumbuhan simpanan giro di perbankan yang melejit sejak pertengahan tahun 2025 didominasi simpanan korporasi. Hal itu bisa berarti dua hal, antara pengusaha siap memperluas bisnis atau justru terhambat ekspansinya belakangan ini.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan giro hingga Oktober 2025 mencapai 13,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Meski melambat tipis dari posisi 13,7% YoY pada September 2025, capaian ini melonjak dibanding level 5,5% YoY pada Oktober 2024.
Asal tahu saja, pertumbuhan masif giro tahun ini dimulai sejak bulan Juni. Pada lima bulan awal trennya masih melambat, yang mana pada Januari masih tumbuh 6,2% YoY tetapi pada Mei hanya 4,5% YoY. Barulah pada bulan Juni naik jadi 8,8% YoY, dan setelahnya konsisten dua digit hingga Oktober 2025.
Proporsi simpanan giro yang sebesar Rp 2.864,6 triliun per Oktober 2025 ini pun setara dengan 31,3% total dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan, naik dari proporsi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 29,9%.
Baca Juga: Tabungan Nasabah Korporasi dan Perorangan Melesat Saat DPK Bank Melambat
Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dimas Yuliharto, melihat lonjakan giro saat ini menjadi sinyal kesiapan dunia usaha untuk berekspansi. Mengingat tawaran bunga giro yang kecil, ia menilai langkah pengusaha menaruh dana di giro tak mungkin untuk menuai imbal hasil.
“Ketika orang menaruh (dana) di giro, pasti tujuannya bukan menuai bunga, tapi stand by untuk usaha,” ujar Dimas dalam acara Literasi Keuangan dan Berasuransi di Bandung, Sabtu (6/12/2025).
Dimas membandingkannya dengan deposito. Memang, pertumbuhan deposito korporasi juga terpantau melambat, yakni sebesar 12,9% YoY per Oktober 2025, lebih kecil ketimbang pertumbuhan 14,1% YoY pada Oktober 2024.
Lain halnya dengan deposito, dana di giro bisa diambil kapan saja. Artinya, menurut Dimas, dalam waktu dekat ada potensi dunia usaha mulai memperbesar atau memperluas usahanya.
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, melihatnya dengan sudut pandang berbeda. Ia memperkirakan, dana di giro saat ini tak lain adalah dana usaha yang belum sempat terpakai lantaran pelaku usaha mempertimbangkan kondisi daya beli masyarakat.
Sehingga, untuk investasi lanjutan sembari tetap menjaga likuiditas asetnya, pelaku usaha memilih menempatkan dana di giro.
Per Oktober 2025, posisi simpanan giro di CIMB Niaga tercatat Rp 107,15 triliun, naik hingga 26,20% YoY. Jika dibandingkan, pertumbuhan tabungan sebagai dana murah lainnya hanya berkisar 7% YoY.
Proyeksi Lani, pertumbuhan positif giro masih bakal berlanjut setidaknya hingga akhir tahun. “Kami perkirakan giro tetap tumbuh di atas 15% sampai akhir tahun. Ada faktor dunia usaha masih menahan diri hingga akhir tahun,” ungkap Lani kepada Kontan, Senin (8/12/2025).
Baca Juga: DPK Perbankan Tumbuh 8,1% di Oktober 2025, Melambat dari Pertumbuhan di September
Tren positif pertumbuhan giro juga dialami Bank Central Asia (BCA). Bank ini mencatatkan simpanan giro sebesar Rp 401,24 triliun per Oktober 2025, tumbuh 15,88% YoY. Sementara, pertumbuhan tabungan sebesar 6,04% YoY.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyebutkan, pertumbuhan giro yang konsisten di BCA tak lepas dari kepercayaan kuat nasabah. Selain itu, jaringan cabang dan relationship manager juga berperan penting dalam menjaga kedekatan dengan nasabah korporasi maupun ritel.
“Sehingga BCA mampu menjaga pertumbuhan dana murah,” kata Hera.
Ke depannya, BCA bakal terus berinovasi dalam menyediakan layanan transaksi yang menggabungkan pengalaman online dan offline (hybrid), serta memperluas ekosistem layanan untuk mendukung pertumbuhan giro, dan DPK secara umum, agar berkelanjutan.
Selain layanan antar bank, Hera juga bilang pertumbuhan DPK, termasuk giro, bergantung pada sejumlah variabel makroekonomi, baik yang berasal dari kondisi eksternal maupun kondisi domestik.
Secara keseluruhan, Advisor Banking & Finance Development Center Moch Amin Nurdin menilai giro memang menjadi instrumen pilihan bank untuk mengamankan likuiditas, karena pemakaiannya yang lebih fleksibel.
Ia menyebut, pertumbuhan giro umumnya bakal kembali melandai pada awal tahun. Saat itu, banyak proyek usaha yang dijalankan sehingga dana giro bakal dicairkan.
“Lalu akan mulai tumbuh lagi pada kuartal II,” imbuh Amin.
Baca Juga: DPK Tumbuh Dua Digit per September 2025, Tren Giro Perbankan Bervariasi
Selanjutnya: Simak Antisipasi XLSmart Hadapi Lonjakan Trafik Saat Nataru 2025/2026
Menarik Dibaca: Jadwal Indonesia U-22 vs Filipina U-22 di SEA Games 2025, Langkah Awal Garuda Muda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













