kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.485.000   78.000   3,24%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Standard Chartered Indonesia Fokus Genjot Bisnis Transaksi


Jumat, 17 Oktober 2025 / 10:44 WIB
Diperbarui Jumat, 17 Oktober 2025 / 14:50 WIB
Standard Chartered Indonesia Fokus Genjot Bisnis Transaksi
ILUSTRASI. Standard Chartered


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Standard Chartered Indonesia bakal memacu bisnis transaction banking terutama melalui layanan cash management atau manajemen pengelolaan arus kas dan trade finance. Strategi ini dilakukan untuk bisa tumbuh secara efisien dan berkelanjutan. 

Bank ini berkomitmen menghadirkan berbagai inovasi untuk memperkuat kedua layanan itu.  Sebab keduanya dinyakini sebagai fondasi untuk bisa bersaing dengan bank lain tanpa terlibat dalam perang harga. 

Head of Transaction Banking Standard Chartered Indonesia, Jenny Hartono, mengatakan bahwa layanan cash management yang kuat adalah solusi yang sangat strategis dalam menjaga stabilitas pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). 

Source of DPK growth kami datang dari solusi cash management. Bahkan di segmen ini, lebih dari 60% DPK yang kami hasilkan berasal dari layanan tersebut. Jadi, kami tak khawatir dengan perang harga. Cost of fund bisa kami kelola dengan baik,” kata Jenny, Kamis (16/10).

Baca Juga: Standard Chartered Dorong Akselerasi Investasi Swasta di Sektor Air dan Limbah

Jenny bilang, pihaknya menawarkan solusi cash management menyeluruh bagi nasabah korporasi dan rantai pasoknya.  Standard Chartered menghadirkan layanan keuangan yang terintegrasi dan inovatif guna memperkuat ketahanan bisnis nasabah di tengah perubahan ekonomi global.

Dia menambahkan, Standard Chartered tidak hanya menawarkan produk, tetapi juga membantu nasabah merancang proses keuangan menyeluruh, mulai dari integrasi sistem akuntansi dan pelaporan, hingga tata kelola transaksi lintas negara. Pendekatan ini memperkuat loyalitas nasabah korporasi dan memastikan setiap solusi benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.

Dengan memberikan solusi yang benar-benar dibutuhkan nasabah korporasi, Jenny meyakini nasabah tak akan berpaling ke bank lain meski kompetitor menawarkan bunga simpanan lebih tinggi. 

“Nasabah korporasi kini tidak semata melihat angka bunga. Ketika perusahaan sudah terintegrasi dengan sistem cash management yang otomatis dan efisien, berpindah bank bukan keputusan sederhana. Perpindahan bisa mengganggu seluruh arus kas dan manajemen keuangan mereka,” papar jenny. 

Baca Juga: Standard Chartered Salurkan Pinjaman Lunak untuk UMKM Lewat Innofund

Di sisi lain, Jenny menyadari bahwa mengandalkan layanan cash management juga berpotensi membuat pertumbuhan DPK tidak stabil karena penempatan giro dari nasabah korporasi memiliki fluktuasi tinggi. Namun, ia yakin hal itu bisa diatas dengan terus menambah jumlah nasabah. 

Per Agustus 2025, Bank Standard Chartered Indonesia mencatatkan DPK sebesar Rp 48,14 triliun, terbilang stabil secara tahunan. Giro menyumbang 68% terhadap total DPK, sedangkan total dana murah alias CASA mencapai 83,3%. Tahun ini, kata Jenny, rasio CASA ditargetkan terjaga paling tidak dikisaran 60%-70%.

Trade Finance 

Dalam menjalankan bisnis trade finance, Standard Chartered Indonesia berfokus pada pengelolaan risiko, memperkuat kepercayaan dalam transaksi, sekaligus menjaga kelancaran arus kas dan rantai pasok para nasabah korporasi.

“Nasabah di sektor manufaktur, misalnya, sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dari pemasok. Ketika pasokan tersendat, siklus produksi pun berhenti. Di sinilah perbankan berperan dengan menyediakan transparency solution yang menjembatani kebutuhan korporasi dan para pemasok yang sebagian besar merupakan pelaku UMKM,” ujar Jenny.

Akses pembiayaan bagi UMKM kerap terbatas dengan bunga pinjaman yang relatif tinggi. Melalui skema trade finance, bank membantu menurunkan biaya pendanaan mereka. Misalnya, ketika korporasi memberi instruksi pembayaran kepada pemasok dengan jangka waktu dua bulan, bank dapat menggunakan instruksi tersebut sebagai dasar untuk memberikan pembiayaan lebih awal kepada UMKM.

Menurut Head of Trade & Working Capital Product Standard Chartered Bank, bisnis trade finance tidak hanya menjadi sumber fee-based income tetapi juga pendapatan bunga bagi bank. Layanan ini turut menopang ekspansi kredit, di mana sekitar seperempat portofolio kredit bank berasal dari trade finance. “Risiko pembiayaan trade finance relatif lebih terukur karena setiap transaksi memiliki underlying document yang lengkap,” jelasnya.

Baca Juga: Sasar Investor Agresif, AllianzGI Gandeng Standard Chartered Indonesia

Ke depan, Standard Chartered melihat potensi bisnis trade finance dan cash management masih sangat besar, seiring meningkatnya aktivitas perdagangan lintas negara serta adopsi digitalisasi di berbagai sektor.

Meski terdampak kenaikan suku bunga rupiah, kinerja transaction banking Standard Chartered Indonesia tetap solid. Beberapa lini bisnis masih mampu dikendalikan dengan baik. Contohnya, trade finance di koridor China mencatat kinerja gemilang dengan pendapatan tumbuh 48%, disertai kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 30% dan pembiayaan yang melonjak hampir tiga kali lipat.

Jenny menambahkan, sektor manufaktur, processing, dan logistik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan trade finance tahun ini.

Per Agustus 2025, outstanding kredit Standard Chartered Indonesia mencapai Rp30,2 triliun, tumbuh 20,8% secara tahunan. Selama delapan bulan pertama tahun ini, bank membukukan laba bersih Rp724,2 miliar, melesat 93,4% secara tahunan.

Lonjakan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan yang solid. Pendapatan bunga bersih tumbuh 22,7% menjadi Rp2,27 triliun, sedangkan pendapatan non-bunga naik 16,14% menjadi Rp1,66 triliun, dengan kontribusi 42,1% terhadap total pendapatan bank.

Selanjutnya: Rayakan Bulan Kopi, Starbucks Catatkan Rekor MURI dan Gelar Kompetisi Latte Art

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Buy 1 Get 1 Periode 17-23 Oktober 2025, Es Krim hingga Frozen Food

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×