Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat Bank Mandiri melakukan stress test dengan menguji skenario terburuk. Dalam hal ini, bank dengan sandi saham BMRI melakukan uji skenario kekuatan modal dengan analogi rupiah berada pada level Rp 14.000 per US$.
Lalu bagaimana hasilnya? Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri menyebutkan, tingkat permodalan Bank Mandiri masih dalam level cukup. "Hasil dari stress test, modal kami dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR) masih berada di 17,7%," terang Kartika, Rabu (12/8).
Dengan level permodalan itu, Kartika bilang, Bank Mandiri masih mampu menahan goncangan ketika level kredit macet alias Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan. Selain itu, Bank Mandiri juga masih bisa menjaga currency lost.
Untungnya, lanjut Kartika, eksposur mata uang asing (khususnya US$) di Bank Mandiri cuma berkisar 15% dari total pembiayaan. "Artinya, dampak penguatan US$ terhadap buku kami tidak terlalu material," imbuhnya.
Sementara, saat disinggung mengenai NPL, Kartika mengaku, peningkatan NPL terjadi bukan karena pelemahan rupiah terhadap US$. Menurut dia, peningkatan NPL lebih karena adanya perlambatan ekonomi secara nasional dan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News