kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.136   65,00   0,40%
  • IDX 7.083   2,81   0,04%
  • KOMPAS100 1.051   -4,20   -0,40%
  • LQ45 820   -5,73   -0,69%
  • ISSI 213   0,28   0,13%
  • IDX30 420   -4,57   -1,08%
  • IDXHIDIV20 500   -6,00   -1,18%
  • IDX80 120   -0,46   -0,38%
  • IDXV30 125   0,31   0,25%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Subsidi Bunga 5% ke UMKM Padat Karya Tak Signifikan Pengaruhi Pertumbuhan Kredit UMKM


Senin, 06 Januari 2025 / 21:02 WIB
Subsidi Bunga 5% ke UMKM Padat Karya Tak Signifikan Pengaruhi Pertumbuhan Kredit UMKM
ILUSTRASI. Pemerintah menawarkan subsidi bunga atau margin sebesar 5% untuk kredit investasi dengan plafon Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menawarkan insentif pada industri sektor padat karya berupa subsidi bunga atau margin sebesar 5% untuk kredit investasi dengan plafon Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar. Tapi langkah ini tak serta merta dapat menggenjot pertumbuhan signifikan pada segmen kredit UMKM kelas menengah yang bergelut di sektor padat karya.

Pengamat Perbankan sekaligus SVP Head Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai hal tersebut tidak akan berpengaruh signifikan pada permintaan dan penyaluran kredit perbankan ke sektor tersebut.

"Saya melihat subsidi tersebut tidak serta merta meningkatkan penyaluran kredit produktif bank karena bank juga harus memperhatikan manajemen risiko kredit dalam penyaluran kreditnya," ungkap Trioksa kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).

Baca Juga: Tergilas Digitalisasi, Bank Tutup Ratusan Kantor Cabang di 2024

Pasalnya, tren kredit macet perbankan atau non performing loan (NPL) di sektor UMKM terutama segmen kelas menengah masih tinggi, yakni di atas 5% secara industri. Angka ini sudah masuk kategori tidak sehat. Sehingga bank juga tetap harus hati-hati dalam menyalurkan kredit.

Jika melihat data Bank Indonesia per Oktober 2024, rasio NPL UMKM untuk kelas menengah tercatat sebesar 5,15%. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan posisi tahun sebelumnya yang di angka 5,45% per Oktober 2023.

Di sisi lain pertumbuhan kredit UMKM kelas menengah secara industri hanya tumbuh mini sebesar 2% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 339,85 triliun pada Oktober 2024. Angka ini naik tipis dari periode tahun sebelumnya Rp 333,05 triliun per Oktober 2023.

Trioksa mengatakan, baiknya aturan subsidi tersebut diikuti dengan dengan subsidi untuk mengantisipasi risiko kredit seperti subsidi asuransi kredit.

Baca Juga: Laba Perbankan Berpotensi Meningkat Seiring Peningkatan Efisiensi

Asal tahu saja, agar mendapatkan subsidi bunga 5% ini, calon debitur disyaratkan harus memenuhi beberapa kategori layak subsidi. Kategori-kategori ini antara lain memiliki usaha produktif dan layak dan memiliki pengalaman usaha minimal 2 tahun. Selain itu calon debitur paling sedikit memiliki 50 tenaga kerja yang diharapkan dapat meningkat seiring peningkatan kapasitas produksi.

Trioksa juga mengatakan, syarat-syarat dari pemerintah tersebut dibuat untuk meyakinkan subsidi agar tepat sasaran ke debitur yang tergolong padat karya. Harapannya usaha padat karya dapat bermanfaat lebih banyak ke masyarakat untuk mengurangi pengangguran atau mencegah PHK.

"Namun kriteria tersebut harus tetap diperhatikan oleh bank terutama di tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung," ungkap Trioksa.

Baca Juga: Masyarakat Indonesia Terindikasi Makin Konsumtif dan Impulsif dalam Berbelanja

Di sisi lain, sejumlah bankir juga membenarkan adanya tantangan bank dalam penyaluran kredit di sektor padat karya ini. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo menyatakan, sejumlah tantangan tersebut antara lain dalam memilih UMKM yang memiliki usaha produktif dan layak sesuai dengan kriteria skema pembiayaan Kredit Investasi Padat Karya, sembari juga melakukan analisis profil risiko debitur agar kualitas kredit tetap terjaga.

"Selain itu, variasi produktivitas industri yang memengaruhi kemampuan bayar pelaku usaha serta ketidakpastian pasar global yang dapat memengaruhi permintaan produk dari sektor ini juga menjadi tantangan," ungkap Okki.

Meski begitu BNI telah melakukan upaya untuk mengatasi tantangan tersebut melalui inovasi produk pembiayaan. Caranya adalah dengan menggandeng institusi terkait serta melakukan pendampingan kepada nasabah untuk memastikan usahanya tetap berkelanjutan.

Sampai dengan November 2024, BNI telah menyalurkan kredit ke sektor padat karya sebesar Rp 921 miliar khusus untuk segmen nilai kredit sampai Rp 10 miliar. Dari jumlah tersebut sebesar Rp 711 miliar merupakan kredit modal kerja, dan sisanya Rp 210 miliar berupa kredit investasi. Adapun tingkat bunga kredit yang ditawarkan berkisar 8,75% sampai 11,50% tergantung profil risiko dan kebutuhan spesifik nasabah.

Baca Juga: Kinerja Keuangan Perbankan Januari-November 2024 Cukup Baik, Rekomendasi 2025 Beragam

Sebelumnya, Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) Yuddy Renaldi mengakui pihaknya harus berhati-hati untuk menyalurkan pembiayaan UMKM. Dia melihat saat ini risiko kredit UMKM sedang menjadi perhatian bagi para bankir. Oleh karenanya, risiko adanya kredit macet dari sektor UMKM pada akhirnya juga menjadi pertimbangan utama.

“Jadi memang, kita harus, lebih sehatnya, dalam pembiayaan, UMKM ini,” ujarnya.

Sementara itu PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengaku optimistis dengan adanya skema kredit investasi padat karya yang ditawarkan pemerintah. Hal ini berpotensi mendorong pertumbuhan kredit UMKM, khususnya kelas menengah.

Direktur Utama Bank Jatim Busrul Imam menyatakan kebijakan ini dapat mengurangi beban bunga bagi debitur UMKM, sehingga menarik lebih banyak pelaku usaha untuk mengakses pembiayaan. 

Baca Juga: Jumlah BPR Kian Susut, Otoritas Ingin Pastikan BPR yang Tersisa Berkualitas

Adapun tahun 2025, Bank Jatim memproyeksikan pertumbuhan kredit UMKM 15%–20% YoY dibandingkan tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong dengan adanya subsidi bunga kredit yang diterapkan secara efektif. 

"Hal ini mengacu pada tren pertumbuhan kredit Bank Jatim di sektor UMKM yang sebelumnya cenderung tumbuh positif, serta penambahan insentif berupa subsidi bunga," ungkap dia kepada Kontan, Senin (6/1)..

Adapun penyaluran kredit Bank Jatim pada segmen UMKM kelas menengah dengan plafon kredit Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar mencapai 19,43% dari total kredit Bank Jatim. Sampai dengan November 2024, total kredit Bank Jatim mencapai Rp 12,08 triliun. 

"Pertumbuhan secara YoY untuk portofolio tersebut mencapai 57,05%, ini terutama didorong oleh sektor perdagangan, pertanian, pertambangan dan pengolahan. Kami memberikan bunga 11% per tahun untuk UMKM kelas menengah dengan jumlah yang bervariasi antara Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar," pungkas Busrul.

Selanjutnya: AS Rencanakan Sanksi terhadap Kapal Tanker Pengangkut Minyak Rusia

Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×