Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan bergegas menurunkan suku bunga simpanannya pascapenurunan bunga oleh Bank Indonesia awal Juli lalu sebesar 25 bps. Apalagi tingkat bunga penjaminan simpanan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga baru saja diturunkan.
Menurunkan bunga deposito jadi langkah awal. Sebab dana mahal ini yang bikin biaya dana (cost of fund) perbankan sepanjang semester awal 2019 yang akhirnya menggerus profitabilitas. Maklum, sepanjang 2018 lalu, bank sentral telah mengerek lima kali bunga acuannya sebesar 175 bps.
Dari catatan LPS mulai Juli suku bunga deposito rupiah telah mengalami tren penurunan dari 0,01% hingga 0,05%. Pun deposito Valas yang menurun 0,01% hingga 0,003%.
Baca Juga: Fintech PrivyID optimitis lolos sandbox OJK
Sementara Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah bilang setidaknya bunga simpanan bisa diturunkan tiga bulan usai penurunan tingkat bunga penjaminan simpanan alias LPS rate sebesar 25 bps pada 31 Juli 2019 lalu.
“Dalam tempo tiga bulan LPS rate setidaknya bisa diserap bank. Karena sebagian besar dana pihak ketiga (DPK) rata-rata berumur tiga bulan,” kata Halim.
Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id juga mengaku telah melungsurkan bunga depositonya sejak awal Juli lalu. Seiring dengan penurunan bunga acuan olah Bank Indonesia.
Baca Juga: Ekonom bank Permata proyeksikan pertumbuhan ekonomi cenderung melambat
“Didorong penurunan suku bunga acuan, untuk simpanan deposito yang menggunakan suku bunga maksimal sudah kami turunkan 25 bps-30 bps,” kata Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) Bambang Tri Baroto.
Bambang menambahkan untuk bunga jenis simpanan lainnya pun punya kesempatan untuk diturunkan. Meski demikian hal tersebut akan tergantung dengan jangka waktu simpanan dan pinjaman nasabah.
“Hingga akhir tahun kami juga masih melihat peluang penurunan bunga acuan setidaknya hingga 25 bps. Mengingat total kenaikan bunga acuan pada 2018 lalu mencapai 175 bps,” sambung Bambang.
Baca Juga: Hadapi sandbox OJK, fintech PrivyID rancang skenario
Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) Jan Hendra menyatakan hal serupa. Bank swasta terbesar di tanah air ini juga telah menurunkan bunga depositonya sebesar 25 bps bersamaan pengumuman terhadap penurunan bunga acuan Bank Indonesia 1 Juli 2019 lalu.
Sementara Presiden Direktur PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Hariyono Tjahrijadi bilang selain mengacu terhadap bunga acuan, penurunan bunga simpanan juga perlu memperhatikan kompetisi dan likuiditas di pasar.
Meskipun diakui Harijono bank milik taipan asal Malaysia Dato sri Tahir ini juga telah menurunkan bunga simpanannya 10 bps hingga 25 bps sejak pengumuman Bank Indonesia.
“Bunga pinjaman secara bertahap juga sedang kami turunkan. Namun memang mesti disesuaikan dengan persaingan antar bank di pasar. Pun, ruang penurunan bunga dana memang sangat tergantung dengan likuiditas di pasar,” kata Harijono.
Baca Juga: 3 langkah pilih fintech, bisa mengurangi risiko teror penagihan
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Parwati Surjaudaja juga mengaku telah ambil langkah serupa. Perseroan telah menurunkan bunga simpanannya sebanyak 25 bps sesuai acuan dari Bank Indonesia.
Meskipun sudah banyak bank yang memulai menurunkan bunga simpanannya, beberapa yang lainnya justru masih mengkaji. Alasannya beragam mulai terkait likuiditas yang masih ketat dan menjaga rasio dana murah.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100), dan PT Bank Pembangunan Daera Jawa Timur Tbk (BJTM, anggota indeks Kompas100) jadi contohnya.
Baca Juga: Market sepekan: Bursa global alami minggu terburuk di sepanjang 2019
“Untuk BNI kami masih melakukan kajian untuk penetapan suku bunga simpanan dan pinjaman yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan kami dan nasabah. Ini dilakukan karena juga mesti menjaga komitmen kami misalnya menjaga NIM di kisaran 5,0%-5,1%, LDR di kisaran 90%-92%, dan CASA sebesar 65%,” jelas Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo.
Loan to Deposit Ratio (LDR) bank berlogo angka 46 ini memang makin mengetat dari 87,3% di semester pertama 2018 menjadi 92,3% di paruh pertama tahun ini. Hal ini diakibatkan pertumbuhan kredit BNI sebesar 20% (yoy), jauh di atas pertumbuhan DPK sebesar 13% (yoy).
“Saat ini perseroan belum menurunkan bunga simpanan, masih dalam proses perhitungan dan melihat strategi yang bisa diambil melihat konteks likuiditas di pasar,” timpal Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha.
Baca Juga: Efek gagal bayar Duniatex Group merembet, lini bisnis properti ikut direstrukturisasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News