kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.510   29,00   0,19%
  • IDX 7.751   15,91   0,21%
  • KOMPAS100 1.205   2,84   0,24%
  • LQ45 962   3,32   0,35%
  • ISSI 234   0,74   0,32%
  • IDX30 494   1,67   0,34%
  • IDXHIDIV20 593   2,52   0,43%
  • IDX80 137   0,32   0,23%
  • IDXV30 142   -0,47   -0,33%
  • IDXQ30 164   0,41   0,25%

Terbit Besok, Perbankan Bersiap Menjual SRBI kepada Nasabah Lewat Pasar Sekunder


Kamis, 14 September 2023 / 20:12 WIB
Terbit Besok, Perbankan Bersiap Menjual SRBI kepada Nasabah Lewat Pasar Sekunder
ILUSTRASI. Gedung?Menara Bank BTN di Jakarta, Selasa (10/12/2019). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengeluarkan instrumen baru bernama Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Instrumen baru tersebut bakal mulai dilelang pada 15 September 2023 besok. 

Untuk diketahui, SRBI merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga milik Bank Indonesia.

Minimal nominal transaksi tersebut dari instrumen tersebut ditetapkan senilai Rp 1 miliar kelipatan nominal penawaran senilai Rp 100 juta. Instrumen ini akan diterbitkan pada tenor 6,9, dan 12 bulan.

SRBI ini hanya dapat dibeli oleh bank umum yang menjadi peserta operasi pasar terbuka di pasar perdana. Lalu, instrumen ini bisa dipindahtangankan atau ditransaksikan di pasar sekunder. Oleh karena itu, sejumlah perbankan pun menyiapkan skema dalam mengemas SRBI ini untuk para nasabahnya.

Baca Juga: PP Terkait Kebijakan Hapus Kredit UMKM Tak Kunjung Kelar, Ini Kata Menkop UKM

Seperti PT Bank Tabungan Negara (BBTN) yang akan menjual SRBI kepada nasabah melalui pasar sekunder kendati EVP Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita  mengaku belum terdapat produk khusus untuk mengemas SRBI kepada nasabah.

"SRBI menggunakan diskonto, sehingga tidak ada spread kupon. Bank akan mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan jual kepada nasabah, hal tersebut akan tergantung dengan kondisi market saat itu," ujar Sindhu kepada kontan.co.id, Kamis (14/9).

Menurut Sindhu, SRBI merupakan instrumen low risk karena diterbitkan oleh BI dengan underlying SBN. Saat ini kata Sindhu, belum ada target spesifik terhadap SRBI, namun instrumen investasi ini akan menjadi salah satu alternatif bagi Bank BTN untuk menggarap potensi fee based income dari nasabah.

Di sisi lain Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengaku, bahwa perusahaan masih dalam tahap eksplorasi dan menganalisis berbagai kemungkinan dalam penjualan SRBI ini.

"Dan kita juga sudah menjual berbagai instrumen pemerintah lainnya seperti ORI, Sukuk Retail dan Sukuk Tabungan," katanya.

Sementara, Sekretaris perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan, kehadiran SRBI bisa menjadi alternatif instrumen operasi moneter kontraksi likuiditas yang sudah ada saat ini seperti Reverse Repo SBN dan Term Deposit Rupiah.

"SRBI memiliki daya tarik tersendiri yang berbeda dari instrumen lainnya, yaitu tradable dan dapat dimiliki oleh penduduk maupun bukan penduduk. Hal tersebut dapat mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dengan tenor yang bervariasi sampai dengan 12 bulan," ungkapnya.

Selain itu, kata Rudi SRBI juga dapat diperhitungkan dalam pemenuhan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) yang dalam kondisi tertentu SRBI dapat digunakan untuk transaksi repo kepada Bank Indonesia dalam Operasi Pasar Terbuka, sehingga dapat mengatasi permasalahan prosiklikalitas likuiditas serta menjadi instrument Makroprudensial berbasis likuiditas.

Baca Juga: Luncurkan KPR XTRA Online Form, CIMB Niaga Menggenjot Penyaluran KPR

Rudi menjelaskan, dari sisi likuiditas, di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo (BI7DRR) serta persaingan suku bunga di pasar, likuiditas Rupiah Bank Mandiri terjaga, tercermin dari rasio-rasio likuiditas Bank yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, dalam hal ini Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) masih terjaga di atas 100%.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai, bank yang merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang memiliki akses ke pasar primer, mempunyai keleluasaan penuh untuk menjual SRBI kepada lembaga non-bank, seperti perusahaan pengelola aset, investor luar negeri, dan investor ritel.

Instrumen SRBI dimaksudkan untuk memperdalam pasar keuangan Indonesia dengan instrumen jangka pendek yang diharapkan dapat menarik arus masuk asing. Sementara, jika dalam kondisi bank memerlukan tambahan likuiditas, bank dapat menggunakan SRBI sebagai acuan transaksi repo dengan BI untuk memperoleh tambahan likuiditas.

"Dalam kaitannya dengan return yang ditawarkan, kami perkirakan discount rate yang ditawarkan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga Reverse Repo SBN ataupun SPN, yang berkisar di range 6,00%-6,50%," ucapnya.

Menurut Josua, dengan rate yang tinggi tersebut, diharapkan perbankan terinsentif untuk membeli SRBI dalam lelang. Beberapa bank mungkin akan menjual kembali dengan yield yang relatif tinggi dibandingkan aset lainnya, sehingga menarik minat investor asing ataupun domestik.

Perluasan kepemilikan SRBI ke insititusi selain bank, disebut akan mendorong minat perbankan dalam lelang, sehingga harga dari SRBI dapat lebih kompetitif. Dengan perbankan mampu memperjualbelikan aset ini, maka aset perbankan menjadi lebih terdiversifikasi sehingga perbankan pun dapat mengoptimalkan capital gain dari jual/beli SRBI tersebut.

"Perbankan dapat menyimpan SRBI untuk likuiditas ataupun menjualnya ke pihak lain, dengan harapan menambah revenue dari perbankan. Dengan pasar sekunder lebih aktif, para investor asing akan semakin berminat dalam memperjualbelikan aset SRBI. Hal ini yang kemudian berpotensi mendorong masuknya modal asing melalui SRBI," tambahnya. 

Josua menyebut, dengan SRBI yang mampu diperdagangkan secara luas, aset dari pasar keuangan Indonesia semakin bervariasi, terutama untuk aset bertenor jangka pendek.

Nasabah-nasabah dapat memperkaya portofolio jangka pendek mereka melalui SRBI ini, terutama bila potensi return lebih menarik dibandingkan set-aset lainnya, seperti SPN serta deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×