Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi uang elektronik berbasis chip milik perbankan rupanya masih tumbuh bagus meskipun uang elektronik berbasis server semakin menggeliat belakangan. Uang elektronik kartu ini masih merajai dalam transaksi pembayaran di sektor transportasi.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) selaku penerbit kartu Brizzi telah mencatat jumlah kartu beredar sebanyak 14,9 juta sampai Agustus 2019. Volume transaksi Brizzi ini telah mencapai 391 juta dengan nilai mencapai Rp 5,7 triliun.
Jumlah transaksi tersebut meningkat 62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). " Transaksi paling banyak digunakan di sektor transportasi seperti bayar tol, kereta commuterline, Trasjakarta, MRT, dan pembayaran parkir," kata Handayani, Direktur Konsumer BRI kepada Kontan.co.id, Senin (7/10).
Handayani bilang, sejauh ini, pihaknya belum melihat uang elektronik berbasis server menggerus transaksi kartu Brizzi karena penggunaannya memang lebih banyak pada sektor transportasi.
Baca Juga: Wah, top up Brizzi kini bisa lewat Traveloka
Namun ke depan, dia tidak bisa memprediksi apakah uang elektronik akan melakukan take over uang elektronik berbasis server mengingat transaksi uang elektronik milik fintech di merchant-merchant kian menggeliat saat ini.
"Apakah akan terjadi take over, kita lihat nanti. Namun, untuk tetap mendorong transaksi Brizzi, kami terus melakukan upaya seperti memberikan kemudahan top up, bekerjasama dengan instansi-instansi untuk penggunaan Brizzi sekaligus jadi ID Card, meluncurkan kartu-kartu tematik," jelas Handayani.
Untuk kemudahan isi saldo, BRI baru saja menjalin kerjasama dengan Traveloka. Lewat kolaborasi tersebut, pengguna Brizzi kini sudah bisa melakukan top up saldo lewat aplikasi Traveloka.
Dengan upaya-upaya itu, BRI optimistis bisa mencapai target transaksi kartu Brizzi sekitar Rp 6,5 triliun hingga ujung tahun. Adapun jumlah kartu beredar dibidik sekitar 15 juta-an.
PT Bank Mandiri Tbk juga belum melihat uang elektronik berbasis server menggerus transaksi kartu e-Money milik Bank Mandiri. Pasalnya, sepanjang Januari-Agustus 2019, transaksi kartu ini telah mencapai 775 juta transaksi dengan nilai Rp 11 triliun. Nilai tersebut meningkat 19% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan, transaksi yang paling banyak digunakan ada di jalan tol, Transjakarta, tempat parkir, dan toko retail seperti SPBU Pertamina, Indomaret, Alfamart dan lain-lain.
Hingga akhir tahun, Bank Mandiri optimistis transaksi dapat mencapai target sebesar 1,3 miliar transaksi dengan nilai Rp 15 triliun.
Jumlah kartu e-Money yang telah terdistribusi per Agustus 2019 mencapai 19 juta kartu dan sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 22 juta.
Untuk mendorong transaksi e-Money, Thomas bilang, Bank Mandiri fokus meningkatkan kemudahan top up secara online melalui kerja sama dengan uang elektronik LinkAja dan berbagai merchant online seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Blibli yang telah berjalan.
Tak ketinggalan, PT Bank Negara Indonesia Tbk juga masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup bagus dari transaksi TapCash.
"Perkembangan uang elektronik masih tumbuh sekitar 20% sampai September 2019," kata Vice President Electronic Banking BNI Fajar Kusuma.
Baca Juga: Bank Mandiri: Uang elektronik dorong transaksi non tunai di Indonesia
Transaksi terbesar TapCash digunakan pada sektor moda pembayaran tol dan transaksi transportasi umum. Sampai akhir tahun, BNI memprediksi transaksi masih tetap akan didominasi oleh tol.
Total kartu TapCash yang sudah beredar sampai September mencapai 6,5 juta dan sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 8 juta.
Strategi BNI untuk mendorong transaksi adalah dengan cara perluasan akseptasi dan chanel top up baik melalui kerjasama offline maupun online.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News