Reporter: Feri Kristianto |
JAKARTA. Demi mengerek pendapatan, Asuransi Tugu Pratama Indonesia (TPI) menggarap pasar non-migas. Maklum, sejak tahun 2012, anak usaha Pertamina ini tidak lagi menjadi kepala konsorsium asuransi aset-aset BP Migas. Makanya tahun ini mereka meluncurkan produk marine protection dan indemity untuk menggarap pasar pemilik kapal tanker.
Choky L Tobing, Direktur Teknis dan Pjs Presiden Direktur TPI, menjelaskan pasar produk proteksi dan indemnity di Indonesia sangat besar. Selama ini belum ada perusahaan asuransi lokal menjual produk sejenis. Kebanyakan asuransi jenis ini dilarikan ke luar negeri karena risikonya besar. "Premi bisnis ini mencapai US$ 150 juta," katanya, Selasa (29/1).
Sebagai gambaran, produk marine protection dan indemnity mengkover 10 risiko. Seperti, risiko tuntutan terhadap kru kapal, tanggung tuntutan terhadap awak kapal selain kru, kerusakan properti, hingga polusi akibat kapal.
TPI optimistis, bisa menggarap pasar di Indonesia. Untuk menyiasati besarnya risiko, tahap awal mereka menyasar pemilik kapal berukuran kecil hingga medium, kisaran 20.000 gross ton.
Menurut Choky, jumlah pemilik kapal ukuran ini sangat banyak. Selain itu, TPI bekerjasama dengan industri kapal nasional, tenaga ahli serta reasuransi lokal. Target tahun pertama kontribusi produk ini mencapai US$ 3 juta. "Target kami bisa mengkover Asia Tenggara," katanya.
Ronny Suhendi K, Sekretaris Perusahaan TPI, menambahkan karena masih awal target yang mereka tetapkan tidak besar. "Istilahnya masih pemanasan," sambungnya.
Kehadiran produk ini sekaligus strategi TPI menggarap pasar minyak dan gas. Selama ini mereka lebih fokus menggarap pasar korporasi besar. Maklum komposisi premi di TPI masih didominasi minyak dan gas, dengan 28% off shore dan 40% on shore. Sedangkan non-minyak dan gas 35%. Nah kontribusi migas off shore menurun pada tahun ini, karena TPI tidak lagi memimpin konsorsium asuransi migas.
Feri Kristianto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News