Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Bukopin akan mengambil langkah agar masalah kredit macet di kredit usaha rakyat (KUR) bisa dikurangi. Pendekatan pada debitur untuk menyehatkan utangnya lewat restrukturisasi, menjadi salah satu cara Bukopin.
Sekadar informasi, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) KUR Bukopin di Juli lalu mencapai 5,4%. Angka tersebut naik dibanding Juli tahun lalu yang masih di 4,2%.
Bukopin melihat, kenaikan NPL masih disebabkan faktor yang sama, yaitu banyaknya debitur KUR Bank Bukopin yang mengalami gagal usaha. “Kami sedang dalam proses penyehatan atau restrukturisasi kredit KUR terhadap usaha debitur yang masih ada kemampuan finansial untuk tumbuh kembali,” kata Agus Hernawan, Direktur Retail Bank Bukopin pada KONTAN, Rabu (17/9).
Upaya kedua, Bank Bukopin akan segera mengajukan klaim ke pihak asuransi Askrindo dan Jamkrindo agar NPL KUR di akhir tahun bisa turun dibawah 5%. “Ini dilakukan apabila usaha debitur sudah tidak bisa berjalan atau sudah tidak ada kemampuan financial lagi,” pungkas Agus.
Berdasarkan data Komite KUR, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, per Juli 2014, volume KUR yang disalurkan Bank Bukopin mencapai Rp 1,80 triliun. Jumlah ini menujukkan pertumbuhan hanya 3,44% dibanding periode yang pada tahun lalu. Total KUR yang disalurkan pada Juli 2013 mencapai Rp 1,74 triliun.
Lambatnya pertumbuhan volume penyaluran KUR juga diikuti pertumbuhan jumlah debitur yang tidak banyak. Debitur KUR usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK) di Bank Bukopin meningkat dari 11.699 debitur per Juli 2013 menjadi 12.082 debitur per Juli 2014. Sedangkan rata-rata kredit yang diterima tiap debitur KUR justru menurun dari Rp 149,6 juta per Juli 2013 menjadi Rp 149,4 juta per Juli 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News