Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat kanal bancassurance menjadi penyumbang terbesar pendapatan premi industri asuransi jiwa pada kuartal I-2025.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan total pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp 47,45 triliun pada kuartal I-2025.
Secara rinci, Budi menyebut pendapatan premi dari kanal bancassurance sebesar Rp 18,61 triliun pada kuartal I-2025. Nilai itu menurun 2,4%, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Pada kuartal I-2025, kanal distribusi bancassurance tercatat mendominasi pendapatan premi sebanyak 39,2% terhadap total pendapatan premi," ucapnya dalam konferensi pers AAJI di kawasan Jakarta Pusat (4/6).
Baca Juga: Pendapatan Premi Asuransi Jiwa Secara Kumpulan Tumbuh Makin Mekar pada Kuartal I-2025
Lebih lanjut, Budi menyampaikan pendapatan premi dari kanal distribusi alternatif menjadi penyumbang terbesar kedua. Dia menerangkan nilai pendapatan premi dari kanal distribusi alternatif sebesar Rp 14,87 triliun pada kuartal I-2025.
"Kontribusinya mencapai 31,3% terhadap total pendapatan premi industri," ungkapnya.
Secara rinci, Budi mengatakan 3 komponen penyumbang premi tertinggi pada kanal distribusi alternatif adalah direct marketing, employee benefit consultant, dan broker.
AAJI mencatat pendapatan premi dari kanal distribusi keageanan atau agensi menjadi penyumbang terbesar ketiga, dengan nilainya mencapai Rp 13,96 triliun pada kuartal I-2025. Nilainya menurun 1,5%, jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
"Kontribusinya terhadap total pendapatan premi industri sebesar 29,4% pada kuartal I-2025," kata Budi.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi AAJI Karin Zulkarnaen mengatakan penurunan pendapatan premi dari kanal keageanan dan bancassurance tak terlepas dari menurunnya jumlah tenaga pemasar di industri. Meski mengalami penurunan, dia mengatakan prospek pendapatan premi dari kedua kanal tersebut masih berpotensi untuk meningkat ke depannya.
"Sebab, masyarakat masih cenderung berkeinginan membeli produk lewat tenaga pemasar. Mereka inginnya ada orang yang bisa dikontak secara langsung kalau ada suatu pertanyaan. Jadi, prospeknya masih sangat besar," ujar Karin.
Selanjutnya: Begini Kata Pelapak soal Integrasi Tokopedia dan TikTok Shop Maksimal 9 Juni
Menarik Dibaca: Samsung A15 Cocok Buat Maraton Drama, Baterai Awet dan Layarnya Super Luas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News