Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menilai, sektor asuransi jiwa sedang dihadapi oleh sejumlah tantangan. Salah satunya deflasi yang telah terjadi selama lima bulan berturut-turut dan penurunan daya beli masyarakat.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan, penurunan daya beli masyarakat bisa menyebabkan berkurangnya permintaan produk asuransi karena masyarakat lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan dasar.
"Selain itu, sektor asuransi jiwa juga turut terdampak atas deflasi yang terjadi berturut-turut," kata Togar kepada Kontan, Kamis (3/10).
Baca Juga: Deflasi Terjadi Dalam Lima Bulan, Permintaan Produk Asuransi Bisa Berkurang
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12% secara bulanan atau month to month (MtM). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% MtM. Ini juga menjadi deflasi bulanan kelima secara berturut-turut.
Baca Juga: Asuransi Umum: Asuransi Rekayasa Masih Punya Prospek yang Cerah
Namun, jika melihat data kinerja industri asuransi jiwa pada semester I-2024, industri tetap mencatatkan total pendapatan premi sebesar Rp 88,49 triliun, yang tumbuh 2,6% secara YoY dari Rp 86,24 triliun. Sedangkan, premi di unit usaha konvensional dan syariah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,9% dan 7,6% secara YoY.
"Data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan ekonomi, kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi terus meningkat. Dengan demikian, kami optimistis bahwa industri asuransi jiwa, baik konvensional maupun syariah, akan terus tumbuh secara positif di masa mendatang," tandasnya.
Selanjutnya: Wall Street Menguat Jelang Akhir Pekan, Ketegangan Timur Tengah Menjadi Fokus
Menarik Dibaca: PLN Electric Run 2024, Misi Pangkas Emisi Karbon 14.363 Kg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News