kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada corona, asuransi perjalanan dan kendaraan tak lagi menadah berkah Ramadan


Selasa, 05 Mei 2020 / 17:38 WIB
Ada corona, asuransi perjalanan dan kendaraan tak lagi menadah berkah Ramadan
ILUSTRASI. Calon penumpang menggunakan pakaian hazmat (pelindung diri) menuju ruang tunggu penerbangan terakhir diTerminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (24/04). Ada corona, asuransi perjalanan dan kendaraan tak lagi menadah berkah Ramadan. KONTAN/Frans


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi perusahaan asuransi umum ada yang berbeda pada Ramadan 2020. Bila pada tahun sebelumnya, industri bisa memanfaatkan momentum mudik untuk meningkatkan penjualan pada lini bisnis kendaraan bermotor dan perjalanan atau kecelakaan diri.

Sayangnya pandemi Covid-19 telah menekan kedua lini bisnis tersebut pada Ramadan tahun ini. Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan larangan mudik guna mencegah penyebaran Covid-19 menggagalkan pemanfaatan momentum mudik pada tahun ini.

Baca Juga: Di tengah pandemi, pendapatan premi Jasa Raharja terkoreksi hingga 30%

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengamini kondisi saat ini tidak memungkinkan bagi perusahaan asuransi umum untuk melakukan penetrasi pada lini bisnis perjalanan. Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe bilang lantaran kegiatan travelling relatif tidak ada saat ini.

“Namun paket perjalanan masih tetap banyak yang bekerjasama dengan Perusahaan Asuransi, dan available jika kondisi sudah memungkinkan. Mobilitas kendaraan jelas berkurang saat ini. Ada info dari manufacturer juga mengurangi produksi kendaraan,” ujar Dody kepada Kontan.co.id pada Selasa (5/5).

Lanjut Dody, indikasi penurunan premi lini bisnis Asuransi kendaraan sudah terlihat sejak triwulan 4 tahun 2019 lalu. Hal ini tecermin dari info dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang mengoreksi target pertumbuhan penjualan kendaraan. Selain itu, data AAUI memang pertumbuhan premi kendaraan bermotor relatif stagnan.

Berdasarkan data AAUI, premi asuransi kendaraan bermotor hanya tumbuh 0,3% year on year (yoy) dari Rp 18,67 triliun menjadi Rp 18,73 triliun pada 2019. Sedangkan pendapatan premi asuransi kecelakaan diri dan kesehatan turun 8,3% dari Rp 6,73 triliun menjadi Rp 6,17 triliun pada akhir tahun lalu.

Baca Juga: Investree telah salurkan total pinjaman Rp 5,48 triliun hingga April 2020

“Inilah saatnya semua pelaku jasa asuransi mulai memikirkan proses bisnis yang berbeda dalam menawarkan produk asuransi sesuai dengan kondisi saat ini dan ke depannya. Tentunya teknologi sangat penting untuk mendukung proses bisnis ini dengan tetap mengedepankan kebutuhan Konsumen,” tambah Dody.

Dody menyatakan perlunya digital dan teknologi sudah diinisiasi jauh hari sebelum Covid-19. Dengan adanya pandemi ini justru menuntut mempercepat Implementasi tersebut. Ia melihat era digital akan semakin berkembang, bagi perusahaan asuransi yang tidak mempersiapkan digitalisasi maka akan tertinggal.

Oleh sebab itu, perusahaan asuransi umum mulai menerapkan tanda tangan digital dalam penjualan produk. Dody bilang hal ini merupakan salah satu dari implementasi operasionalisasi bisnis asuransi di era digital. Tujuannya agar proses administrasi dapat dilakukan tanpa harus menunggu kehadiran penanda tangan. Dan secara hukum ini mengacu ke UU ITE tahun 2008.

“Nantinya diharapkan setelah itu polis digital atau e-policy juga dapat terimplementasi. Ini bisa membuat perubahan pada proses bisnis asuransi. Produk-produk asuransi akan dijual langsung ke Tertanggung dengan benefit yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga: Stimulus perbankan terfokus ke debitur, perlukah iuran OJK juga diringankan?

PT Asuransi Simas Insurtech juga mengamini Covid-19 telah menekan lini asuransi perjalanan yang selama ini menjadi andalan bisnis. Direktur Utama Simas Insurtech Teguh Aria Djana bilang bakal fokus ke lini bisnis lainnya seperti asuransi mobil, asuransi pengiriman, dan personal produk lainnya.

“Kami tetap coba mencapai target premi tahun ini senilai Rp 300 miliar walaupun ada Covid-19. Selain fokus ke lini bisnis lainnya. Kami juga memanbah produk-produk baru pada existing partner,” papar Teguh kepada Kontan.co.id.

Kendati demikian, Teguh menyatakan hingga Maret 2020, Simas Insurtech bukukan pertumbuhan premi senilai Rp 84 miliar. Nilai itu tumbuh melesat 265,22% secara tahunan atau year on year (yoy) dari kuartal pertama 2019 senilai Rp 23 miliar.

Baca Juga: Dibayangi corona, asuransi jiwa siapkan strategi kerek pendapatan premi

Ia menyebut kinerja ini ditopang oleh asuransi kredit untuk finteach. Lantaran danya ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mewajibkan adanya mitigasi risiko bagi fintech lending.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×